Bisnis.com, JAKARTA – Manajemen baru PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. menyebut telah mengamankan pinjaman sindikasi dari sejumlah bank untuk dapat melakukan pembiayaan kembali (refinancing) senilai US$500 juta pada tahun ini.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Fuad Rizal menyampaikan bahwa perseroan masih memiliki pinjaman jangka pendek yang akan di-refinancing dengan total nilai sekitar US$800 juta. Perseroan menargetkan proses finalisasi pinjaman sindikasi dapat selesai paling lambat kuartal IV/2018.
“Untuk pinjaman sindikasi tersebut sudah dimandatkan namun pihak anchor masih menunggu approval. Nilainya up to US$500 juta. Target saya sebelum Desember sudah selesai. Asal pinjamannya dari beberapa bank, bisa dari on shore bank, bisa juga dari bank internasional,” ungkap Fuad pada Bisnis.com, Kamis (25/10).
Fuad menjelaskan, dalam skema pinjaman sindikasi, para peminjam memiliki satu anchor. Dalam hal pinjaman kepada emiten maskapai pelat merah tersebut, anchor-nya merupakan salah satu bank internasional yang memiliki kantor representatif di Indonesia. Perseroan belum dapat mengungkapkan identitas bank tersebut.
Sebagai catatan, emiten dengan sandi GIAA tersebut memiliki utang jangka pendek sebesar US$1,08 miliar pada awal tahun ini. Salah satu utang tersebut yaitu obligasi berdenomenasi rupiah senilai Rp2 triliun, telah jatuh tempo pada 4 Juli 2018.
Perseroan melunasi obligasi bertenor 5 tahun tersebut dengan menggunakan dari penerbitan Kontrak Investasi Kolektif Beragun Aset (KIK-EBA) senilai Rp2 triliun. Selain utang jangka pendek, perseroan juga masih memegang utang jangka panjang sebesar US$636 juta.
Adapun, Dirkeu GIAA sebelumnya yaitu Helmi Imam Satriyono menyebut akan melakukan refinancing sebesar US$750 juta dengan menempuh penerbitan obligasi global. Dengan kondisi pasar yang sedang fluktuatif, perseroan sempat mengajukan pinjaman pada bank BUMN nasional.