Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Underwriting Menurun, Sekuritas Maksimalkan Bisnis Brokerage

Sejumlah sekuritas memperkuat bisnis perantara perdagangan efek atau brokerage seiring dengan melemahnya bisnis penjaminan emisi efek atau underwriting pada tahun ini akibat sepinya aksi penghimpunan dana di pasar modal oleh korporasi.
Karyawan melintas di bawah layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan melintas di bawah layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah sekuritas memperkuat bisnis perantara perdagangan efek atau brokerage seiring dengan melemahnya bisnis penjaminan emisi efek atau underwriting pada tahun ini akibat sepinya aksi penghimpunan dana di pasar modal oleh korporasi.

Sepinya order penjaminan emisi efek atau underwriting dapat dilihat dari minimnya penerbitan surat utang, baik sukuk maupun obligasi sepanjang tahun ini. Selain itu, aksi korporasi berupa penawaran umum terbatas (private placement dan rights issue) juga terbilang sepi.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 21 September 2018, total penghimpunan dana yang terdiri dari initial public offering (IPO), penawaran umum terbatas, serta obligasi dan sukuk korporasi hanya senilai Rp130 triliun.

Pencapaian tersebut turun 23,23% dibandingkan dengan total penghimpunan dana pada periode Januari hingga pekan ketiga September tahun lalu yang mencapai Rp169,35 triliun. Secara detail, nilai penawaran umum terbatas turun 60,54%, sedangkan penerbitan surat utang merosot 15,12%. Adapun, untuk aksi penawaran umum perdana saham atau IPO masih mengalami kenaikan.

Direktur BCA Sekuritas Imelda Arismunandar mengatakan bahwa penerbitan surat utang korporasi menjadi salah satu penopang bisnis sekuritas selama ini.  "Namun, kenaikan suku bunga membuat emiten dan investor harus menganalisis dan menghitung ulang kembali [untuk melakukam penawaran umum]," kata saat dihubungi, Selasa (9/10).

Dia meyakini, kinerja perseroan hingga akhir tahun akan memuaskan. Meskipun aksi penawaran umum terbilang sepi, transaksi saham yang ditangani perseroan menunjukkan tren yang cukup positif sehingga bisa menjadi tumpuan kinerja perseroan.

"Secara umum aktivitas perdagangan saham kami masih menunjukkan kinerja yang baik. Walaupun sangat berhati-hati, kami tetap optimistis dengan pasar pada kuartal IV/2018," tegasnya.

Strategi hampir serupa juga diterapkan oleh Panin Sekuritas. Perseroan menyatakan akan memaksimalkan pendapatan dari sektor perantara pedagang efek. Dengan kata lain, emiten bersandi PANS ini tidak terlalu fokus menjadi penjamin emisi.

Penerapan strategi tersebut sedikit banyak menguntungkan perusahaan karena bisa meminimalisasi risiko jebloknya fee akibat lesunya penerbitan efek. "Kami tidak banyak IPO dan trading obligasi, tapi trading saham sehingga dampaknya minim," kata Direktur Panin Sekuritas Prama Nugraha.

Bahkan, Panin Sekuritas mematok kenaikan target pendapatan dari transaksi perdagangan saham pada tahun ini sebesar 20% dibandingkan dengan tahun lalu. "Itu target yang kami terapkan dari sisi value saham yang kami jalankan," ujarnya.

Panin Sekuritas menjadi salah satu AB yang cukup tertekan pada tahun ini. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, laba perseroan tergerus 85,44%  Rp116,67 miliar pada semester I/2017 menjadi Rp16,98 miliar pada semester I/2018.

Sementara itu,  Direktur Utama Trimegah Sekuritas Stephanus Turangan menilai bahwa komisi atau fee yang diperoleh dari kegiatan penjaminan emisi efek tidak begitu memuaskan sepanjang tahun ini. Menurutnya, biasanya perseroan selalu mamatok naik target pendapatan setiap tahunnya. Namun, untuk tahun ini, Stephanus enggan menyebutkan nilai yang ditargetkan.

"Kalau dikatakan tahun ini kami optimistis sih tidak. Namun, kami yakin nanti kinerja akan lebih baik," katanya.

Pada paruh pertama tahun ini, kinerja Trimegah Sekuritas sebenarnya cukup menggembirakan. Dari laporan yang dirilis perseroan, emiten bersandi saham TRIM itu mencatatkan laba senilai Rp33,05 miliar pada 6 bulan pertama tahun ini.

Angka tersebut naik sebesar 31,93% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yakni senilai Rp25,05 miliar. "Tahun ini proyeksi kami kinerja akan lebih besar dibandingkan 2017."

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper