Bisnis.com, JAKARTA – Brasil mengekspor 50,9 juta ton kedelai ke China sepanjang Januari hingga Agustus tahun ini atau sekitar 78,8% total ekspor biji kedelainya karena perang dagang dengan Amerika Serikat membuat China harus mengalihkan permintaan kedelainya ke sumber alternatif.
Laporan Kementerian Pertanian Brasil, seperti dilansir dari Reuters, Senin (17/9/2018), menyebutkan bahwa jumlah tersebut jauh lebih banyak dibandingkan dengan 44,1 juta ton kedelai yang diekspor Brasil ke China pada perode yang sama tahun lalu, dengan China terhitung menyerap 77,5% keseluruhan ekspor kedelai dari Negeri Samba.
Keseluruhan ekspor kedelai Brasil tercatat naik 20% secara year-on-year (yoy) menjadi senilai US$25,72 miliar dan menembus rekor 64,6 juta ton dalam volume.
Adapun, harga kedelai di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) tercatat menurun 4,5 poin atau 0,45% menjadi US$826 sen per bushel. Trump diketahui akan kembali mengumumkan tarif tambahan pada barang konsumsi China senilai US$200 miliar pada Senin ini. Tensi perang dagang yang semakin memanas menjadi faktor utama penurunan harga kedelai.
China harus mencari sumber alternatif kedelai setelah menaruh tarif 25% pada kedelai dan komoditas biji-bijian AS lainnya pada Juli sebagai respons dari tarif yang diberikan dari Presiden AS Donald Trump. Brasil, sebagai salah satu pengekspor terbesar kedelai dunia, menjadi target utama China.
Namun, ekspor Brasil yang memuncak membuat pasokannya terus menyusut, mengindikasikan bahwa negara itu tidak akan memiliki cukup pasokan untuk kembali itawarkan ke China untuk musim depan atau pada Januari.
Eskpor kedelai ke China berpengaruh hingga 30% pada keseluruhan ekspor komoditas tanaman Brasil, menegaskan bahwa Brasil semakin ketergantungan dengan negara Asia itu.