Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Aluminium Global Siap Pangkas Produksi untuk Topang Harga

Pasokan aluminium di pasar dunia semakin menyusut, tetapi industri logam tersebut akan memangkas pasokan lebih dalam lagi, karena biaya produksi yang makin meningkat, dan tensi perang dagang yang semakin memanas terus menekan harga.
Produksi aluminium ingot di PT Inalum Kuala Tanjung Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, Selasa (2/8)./Antara-Septianda Perdana
Produksi aluminium ingot di PT Inalum Kuala Tanjung Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, Selasa (2/8)./Antara-Septianda Perdana

Bisnis.com, JAKARTA – Pasokan aluminium di pasar dunia semakin menyusut, tetapi industri logam tersebut akan memangkas pasokan lebih dalam lagi, karena biaya produksi yang makin meningkat, dan tensi perang dagang yang semakin memanas terus menekan harga.

Perindustrian aluminium kini menuju kuartal akhir dalam tahun penuh guncangan, mulai dari sanksi ke produsen aluminium terbesar United Co. Rusal dan adanya pembatasan produksi selama tujuh bulan di sejumlah kilang alumina dunia.

Direktur Riset Concord Resources Duncan Hobbs mengatakan bahwa alumina saat ini yang harganya hampir 30% dari harga aluminium membuat hubungan produsen keduanya memburuk.

“Hal itu menimbulkan risiko bahwa pasar yang sudah mengalami penyusutan pasokan akan terus semakin dalam menuju defisit,” ujar Hobbs, dikutip dari Bloomberg, Minggu (16/9/2018).

Sejumlah analis, trader, dan produsen yang menghadiri pertemuan di Berlin pada pekan lalu menyebut bahwa penyusutan pasokan lebih lanjut akan segera dilakukan oleh industri, melihat harga aluminium yang terus merosot.

Perang dagang yang sedang berkembang telah menekan seluruh harga logam industri, tapi khusus untuk aluminium, tekanan harganya juga datang dari kenaikan harga alumina yang menjadi bahan dasar pembuat aluminium.

Alumina terakhir diperdagangkan mendekati level rekor di posisi US$2.048 per ton di bursa London Metal Exchange (LME), membuat operasi dari produsen aluminium tidak membuahkan keuntungan apapun.

“Apabila situasi ini terus berlanjut, maka akan semakin menyulitkan smelter untuk tetap beroperasi,” papar Tim Reyes, Kepala Bisnis Aluminium Alcoa.

Reyes menambahkan bahwa situasi saat ini menjadi peringatan bahwa akan kenaikan harga aluminium atau penurunan tajam harga alumina sangat diperlukan jika industri logam dasar itu ingin menghindari pemangkasan produksi.

Kendati sudah merugikan smelter, tetapi faktor yang telah memicu kesenjangan di pasar alumina dan aluminium tetap diam di tempat.

Norsk Hydro ASA masih belum memiliki kepastian mengenai waktu yang jelas untuk mendorong produksinya di tambang Alunorte di Brasil, sudah tujuh bulan setelah otoritas lingkungan Brasil meminta untuk memangkas produksi hingga 50%.

Sementara itu, harga aluminium juga tertahan di kisaran terendah selama lima bulan karena langkah yang dilakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menunjukkan bahwa dirinya sedang menguasai perang dagang dengan China, dan belum ada kabar bahwa perang tersebut akan berakhir.

Pada penutupan perdagangan Jumat (14/9), harga aluminium tercatat turun 21 poin atau 1,02% menjadi US$2.043 per ton dan turun 9,92% secara year-to-date (ytd).

Kepala Bidang Riset Logam Societe Generale Robin Bhar mengatakan bahwa risiko yang diprediksi akan semakin parah tersebut akan menghalangi investor untuk masuk ke pasar, meskipun seluruh indikator fundamental menujukkan ada kemungkinan lonjakan harga.

Hobbs melanjutkan, tidak hanya perang dagang Trump yang memisahkan hubungan antara fundamental pasar dan harga berjangka.

Ketidakpastian seputar sanksi AS terhadap Rusal juga membuat investor fundamental tidak yakin untuk masuk ke dalam pasar.

“Beberapa pertanyaan terkait dengan outlook harga aluminium banyak yang belum bisa terjawab karena ketidakpastian global. AS bisa saja terus menerapkan sanksi terhadap Rusal atau mungkin mengangkatnya, kedua aksi tersebut akan memberikan arah yang berbeda untuk harga aluminium.”

  

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper