Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor’s Global Ratings menetapkan peringkat B+ dengan outlook stabil terhadap kredit jangka panjang PT Bayan Resources Tbk. (BYAN).
Analis kredit S&P Eric C. Nietsch menyampaikan, pihaknya memberikan peringkan kredit jangka panjang B+ kepada BYAN dengan prospek stabil.
“Outlook stabil menggambarkan ekspektasi S&P terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar utang selama 12 bulan ke depan,” paparnya dalam keterangan resmi, Rabu (12/9/2018).
Analisis kredit itu berdasarkan proyeksi arus kas perusahaan yang positif sampai dengan 2020 di tengah pertumbuhan produksi batu bara. Dengan demikian, BYAN memiliki likuiditas yang sehat.
Perusahaan memproduksi batu bara sekitar 20 juta ton pada 2017, naik dari 10 juta ton pada 2016. Produksi ditargetkan terus meningkat menuju 25 juta—28 juta ton pada 2018 dan tahun-tahun berikutnya seiring dengan peningkatan operasional di Tabang.
BYAN juga mampu melakukan operasi penambangan berbiaya rendah karena rasio volume pengupasan rata-rata berkisar 3,5 kali—4,5 kali. Hal itu menunjukkan bahwa biaya pengupasan lapisan tanah penutup ialah US$10 per ton, sehingga total ongkos produksi batu bara senilai US$28—US$31 per ton.
Menurut Nietsch, rasio volume pengupasan dan ongkos produksi perusahaan akan stabil dalam 12 bulan—24 bulan ke depan. Biaya produksi tersebut termasuk rendah di antara perusahaan tambang kelas menengah dan besar lainnya di Indonesia.
Harga produk batu bara BYAN biasanya 40% dari acuan harga Newcastle. Rata-rata harga jual berkisar US$45—US$55 per ton dalam beberapa tahun ke depan, lebih rendah dari pemain sejenis seperti PT Berau Coal Indonesia, PT Bumi Resources, PT Kideco Jaya Agung, and PT Indo Tambangraya Megah Tbk.
“Namun demikian, BYAN memeroleh EBITDA US$15—US$20 per ton, lebih tinggi dari rata-rata perusahaan batu bara lainnya di Indonesia,” ujarnya.