Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten penyedia alat berat PT United Tractors Tbk. menargetkan dapat merampungkan akuisisi tambang Martabe dalam 4-5 bulan ke depan, atau maksimal pada Januari 2019. Perusahaan tersebut akan menjadi bagian dari divisi pertambangan perseroan.
Chief Financial Officer United Tractors Iwan Hadianto menyampaikan bahwa perseroan sepakat mengakuisisi tambang Martabe yang terletak di Sumatra Utara tersebut dengan nilai sebesar US$1,14 miliar atau 95% dari total enterprise value yang sebesar US$1,2 miliar.
“Untuk pendanaan tambang martabe tersebut, kami menggunakan dari kas internal kami. Balance sheet kami pada posisi yang cukup kuat, dengan konsolidasi kas kami sebesar Rp25 triliun. Ada fundraising dari bank namun sifatnya untuk standby purpose saja,” ungkap Iwan di Jakarta, Senin (27/8/2018).
Iwan menjelaskan tambang Martabe tersebut membukukan laba bersih sebesar US$150 juta pada tahun lalu dengan produksi emas mencapai 350.000 ons. Perseroan belum dapat memastikan kontribusi tambang tersebut pada konslidasi, karena pada awal bergabung, masih akan ada dampak amortisasi yang masih harus ditempuh perseroan.
Tambang Martabe yang terletak di Tapanuli Selatan tersebut diprediksi memiliki cadangan sebesar 4,3—4,5 juta ton. Emiten dengan kode saham UNTR tersebut akan memegang lisensi operasional tambang martabe hingga tahun 2043.
Adapun, UNTR menandatangani kesepakatan akuisisi tambang Martabe pada 8 Agustus 2018 melalui anak usahanya yaitu PT Danusa Tambang Nusantara. Danusa membeli tambang Martabe dari PT Agincourt Resources Pte. Ltd. sebuah perusahaan yang berbasis di Singapura.
Danusa Tambang Nusantara merupakan anak usaha perseroan di mana 60% sahamnya dikuasai United Tractors, sedangkan 40%-nya dikuasai oleh anak usaha lini alat berat yaitu PT Pamapersada Nusantara.
Presiden Direktur United Tractors Gidion Hasan menyampaikan akuisisi tambang Martabe tersebut merupakan upaya perseroan untuk melakukan diversifikasi usaha. Selama ini, 90% laba bersih perseroan sangat bergantung pada bisnis terkait thermal coal.
“Yang paling penting dari akuisisi tersebut adalah kami akan mengurangi ketergantungan pada thermal coal. Pada 2021—2022 nanti kontribusi nonrelated to thermal coal bisa 35%—40% dari profit United Tractors. Saat ini 90% profit kami dapatkan dari bisnis terkait thermal coal,” jelas Gidion.
Gidion menyampaikan dengan memperkecil kontribusi bisnis terkait dengan alat berat, perseroan dapat menekan risiko dari penurunan harga komoditas yang dapat terjadi seperti pada 2015 lalu, saat harga batu bara merosot tajam.