Bisnis.com, JAKARTA – Dua emiten kertas milik Grup Sinarmas gencar menertbitkan surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN) sepanjang tahun ini. Dana dari penerbitan MTN tersebut digunakan perseroan untuk pengembangan bisnis sekaligus refinancing.
Berdasarkan catatan Bisnis, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) telah menerbitkan MTN sebanyak sepuluh kali selama 2018. Beberapa MTN yang diterbitkan antara lainMTN Indah Kiat Pulp & Paper III Tahun 2018 dan MTN Indah Kiat Pulp & Paper XI Tahun 2018.
Adapun, pada akhir 2017, perseroan mulai menerbitkan MTN Indah Kiat Pulp & Paper I Tahun 2017 dan MTN Indah Kiat Pulp & Paper II Tahun 2017. Dari total 12 kali penerbitan MTN tersebut, perseroan mengantongi dana sebesar Rp7,46 triliun dan US$40 juta.
Selain itu, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM) melalui anak usahanya PT Oki Pulp & Paper juga telah menerbitkan dua MTN melalui MTN Oki Pulp & Paper Mills I Tahun 2018 dan MTN Oki Pulp & Paper Mills II Tahun 2018.
Masing-masing MTN tersebut akan jatuh tempo pada 2020 dan 2021. Dari penerbitan kedua surat utang jangka menengah tersebut, perseroan yang menaungi pabrik terbaru milik Tjiwi Kimia tersebut mengantongi dana Rp1,5 triliun.
Direktur Indah Kiat Pulp and Paper yang juga merupakan Direktur Utama Tjiwi Kimia Suhendra Wiriadinata menyampaikan bahwa sepanjang tahun ini perseroan mencatatkan kinerja yang cemerlang sehingga mampu menggalang dana dari pasar modal.
“Kami menerbitkan MTN untuk investasi. Kinerja sedang bagus sehingga kami bisa galang dana dari pasar modal. Dari hasil operasional, kami gunakan untuk modal kerja. Kami tidak ingin ganggu rencana ekspansi [sehingga menggunakan dana khusus dari MTN untuk ekspansi],” ungkap Suhendra belum lama ini.
Pada tahun ini, perseroan menganggarkan belanja modal sebesar US$618 juta atau sekitar Rp9 triliun yang akan digunakan untuk pengembangan produk tisu, maintenance, dan pembangunan pabrik industrial paper.
Pabrik kertas industri tersebut akan dibangun di Karawang dengan kapasitas per tahun sebesar 750.000 ton dan ditargetkan dapat selesai pada kuartal kedua 2020. Perseroan masuk pada bisnis industrial paper untuk menangkap pertumbuhan permintaan yang diprediksi mencapai 3% selama 2016—2020.
Sementara itu, untuk pembangunan fisiknya, Sinarmas menggelontorkan investasi hingga Rp40 triliun untuk membangun pabrik kertas di OKI. Pabrik yang pembangunannya direncanakan sejak 2015 lalu tersebut telah beroperasi pada kuartal I/2018 sebesar 550.000 ton bubur kertas.
Mulai Juli 2018, perseroan juga telah mengoperasikan pabrik tisu di OKI. Pada tahun ini, Tjiwi Kimia juga akan melakukan konversi mesin di mana emiten dengan sandi TKIM tersebut akan menggeser produksi kertas putih pada tiga mesin menjadi kertas coklat.
Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas Wilbert menyampaikan TKIM akan tumbuh signifikan pada tahun ini, yang disokong oleh kenaikan harga pulp, sekaligus kontribusi dari pabrik baru yang berada di Ogan Komeng Ilir.
Ditambah lagi, TKIM sedang melakukan konversi mesin untuk memproduksi kertas coklat sehingga laba bersih perseroan berpotensi meningkat pada tahun-tahun mendatang.
“Investasi besar perseroan pada pabrik di OKI akan membawa dampak positif. Pabrik itu merupakan pabrik pulp paling efisien di dunia. Dengan lompatan kontribusi dari pabrik OKI kami memprediksi kontribusinya pada TKIM akan mencapai US$300 juta pada tahun ini, dari hanya US$50 juta pada tahun lalu,” ungkap Wilbert.
Dia memprediksi saham TKIM pad akhir tahun ini dapat mencapai Rp23.250. pada penutupan perdagangan Kamis (16/8), saham TKIM tercatat melemah 4,11% atau 575 poin ke level Rp13.400.
Sementara itu, Gregorius Gry, Analis Bahana Sekuritas pun masih merekomendasikan saham INKP dengan target harga mencapai Rp24.150 pada akhir tahun ini. “Kinerja kuartal II/2018 INKP di atas ekspektasi consensus, terkerek terutama dari kenaikan margin yang mencapai 39%,” ungkap Gregorius.
Sebagai catatan, margin perseroan konsisten meningkat yaitu sebesar 27% pada kuartal II/2017 dan 36% pada kuartal I/2018. Pada perdagangan Kamis (16/8), saham INKP tercatat melemah 1,54% atau 275 poin ke level Rp17.600.