Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara PT Golden Eagle Energy Tbk. (SMMT) menargetkan kontribusi penjualan ke pasar domestik dapat meningkat pada 2018 seiring dengan tingginya kebutuhan untuk pembangkit listrik.
Direktur Utama Golden Eagle Energy Roza Permana Putra menyampaikan, pada tahun ini perseroan menargetkan produksi dan penjualan sebesar 1,8 juta ton. Volume itu meningkat 76,96% year on year (yoy) dari realisasi 2017 sejumlah 1,02 juta ton.
Kontribusi pasar domestik pada 2018 diperkirakan mencapai 43%, meningkat dari 2017 sebesar 38% dan 2016 sejumlah 28%. Hal ini terjadi seiring dengan pertumbuhan permintaan lokal, khususnya di sektor pembangkit listrik.
"Pada 2018 kontribusi pasar domestik diperkirakan kembali meningkat. Sekitar 80% [permintaan domestik] berasal dari pembangkit listrik, baik dari PLN maupun swasta, sedangkan sisanya untuk industri kimia dan semen," paparnya, Rabu (27/6/2018).
Adapun, untuk pasar ekspor pada 2017, konsumen yang menyerap produk SMMT ialah Filipina (26%), China (14%), Hong Kong (11%), India (10%), dan Korea Selatan (1%). Menurut Roza, komposisi pasar luar negeri tidak akan banyak berubah pada 2018.
Per Maret 2018, perseroan sudah merealisasikan penjualan batu bara sejumlah 351.000 ton, tumbuh 38,73% yoy dari sebelumnya 253.000 ton. Volume produksi juga meningkat 53,5% yoy menjadi 307.000 ton dari kuartal I/2017 sebesar 200.000 ton.
Pertumbuhan kinerja operasional membuat pendapatan SMMT per Maret 2018 melonjak melonjak 107,16% yoy menjadi Rp31,81 miliar. Laba bersih pun melesat 210,57% yoy menuju Rp13,72 miliar.
Roza menyampaikan, pada tahun ini perusahaan akan melakukan eksplorasi lebih lanjut aset tambang di Sumatra Selatan dan Kalimantan. Diharapkan jumlah cadangannya dapat meningkat.
Di Sumsel, SMMT melakukan penambangan melalui anak usahanya PT Triaryani sejak 2014. Tambang yang menghasilkan batu bara berkalori 4.000--4.200 Kcal/kg itu memiliki cadangan terbukti 257 juta ton.
Di Kalimantan, perusahaan milik Rajawali Group ini mengoperasikan dua tambang, yakni Internasional Prima Coal di Kalimantan Timur dan Tabalong Project di Kalimantan Selatan. Masing-masing tambang memiliki cadangan terbukti 7,2 juta ton dan 100 juta ton.
"Kalau di Kalimantan, produknya memiliki kalori lebih tinggi, yakni 4.200 Kcal/kg, 4.400 Kcal/kg, dan 4.800 Kcal/kg," ujarnya.
Di samping itu, SMMT mengincar sejumlah tambang di sekitar konsesi miliknya untuk diakuisisi. Namun, karena masih dalam tahap penjajakan, perseroan belum menyiapkan bujet khusus.