Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA EMAS: Logam Mulia Sabet Kesempatan Saat Indeks Dolar AS Tertekan

Emas seperti mengambil kesempatan untuk melambungkan harganya di saat indeks dolar AS melemah cukup signifikan pada penutupan perdagangan Kamis atau Jumat pagi WIB.
Logam mulia./.Reuters
Logam mulia./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA— Emas seperti mengambil kesempatan untuk melambungkan harganya di saat indeks dolar AS melemah cukup signifikan pada penutupan perdagangan Kamis atau Jumat pagi WIB.

Indeks dolar AS melemah setelah rilis kenaikan yang wajar dari harga konsumen pada April, hal ini meredakan kekhawatiran bank sentral AS ( Federal Reserve)  terkait kemungkinan menaikkan suku bunga lebih dari yang diharapkan tahun ini.

Emas pun menguat cukup signifikan pada penutupan perdagangan Kamis, yaitu emas Comex untuk kontrak Juni mengalami peningkatan harga 0,71% ke US$1.322,3 per ounce,

Sementara pada pagi ini atau di awal perdagangan Jumat (11/5/2018), harga emas Comex  melemah tipis sebesar 0,08% ke US$1.321,3 per ounce.

Emas tmelesat setelah pasar menilai tekanan inflasi tidak terlalu mengkhawatirkan, mengingat rilis data harga konsumen AS April yang angkanya berada di bawah ekspektasi.

Logam mulia sebelumnya tertekan karena posisi dolar AS yang menguat dibayangi kemungkinan kenaikan suku bunga Fed. Dolar yang menguat mengurangi daya tarik emas.

"Fed bergantung pada data,” kata Naeem Aslam, kepala analis pasar TF Global Markets di London seperti dikutip Bloomberg, Jumat (11/5/2018).

Seperti diketahui, indeks dolar AS yang menunjukkan kekuatan mata uang tersebut terhadap sejumlah mata uang utama lainnya cukup signifikan pelemahannya yaitu sebesar 0,42% ke level 92,65. Pada Kamis, indeks dolar AS meninggalkan level 93.

Indeks dolar AS melemah, setelah rilis kenaikan harga konsumen yang meredakan kekhawatiran bank sentral AS Federal Reserve kemungkinan mungkin menaikkan suku bunga lebih dari yang diharapkan tahun ini.

Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan indeks harga konsumen naik 0,2% pada April di bawah perkiraan yang sebesar 0,3%.

"Inflasi akan naik tetapi peningatannya dalam level yang wajar," kata Eric Winograd, ekonom senior AllianceBernstein LP seperti dikutip Reuters, Jumat (11/5/2018).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper