Bisnis.com, JAKARTA – BHP Billiton Ltd. memangkas panduan produksi bijih besi tahun fiskal 2018 pada Kamis (29/4/2018) terkait isu sistem pembongkaran gerbong kereta, namun masih melaporkan mengalami kenaikan produksi bijih besi sebanyak 8% dalam tiga kuartal terakhir.
Pertambangan tersebut memangkas panduan produksi tahun fiskal 2018 menjadi antara 272 – 274 juta ton dari sebelumnya 275 – 280 juta ton.
BHP juga mengetatkan panduan produksi tembaga menjadi 1,70 – 1,78 juta ton dari sebelumnya berada pada kisaran 1,65 – 1,79 juta ton.
BHP sebagai industri pertambangan terbesar di dunia mengatakan, menurunnya target produksi tembaga terkena dampak dari keterlambatan peningkatan produksi yang tidak sesuai perkiraan selama kuartal Maret di tambang Olympic Dam facility di Australia Selatan.
Produksi besi BHP meningkat hingga 67 juta ton dalam tiga bulan berakhir pada 31 Maret, dibandingkan dengan produksinya yang hanya mencapai 62 juta ton setahun sebelumnya.
“BHP masih dalam jalurnya untuk meningkatkan pertumbuhan volume produksi unutk tahun fiskal 2018,” ujar Chief Executive BHP Andrew Mackenzie, dikutip dari Reuters Kamis (19/4/2018).
Perusahaan tersebut mengungkapkan keputusannya untuk mundur dari bisnis migas Amerika Serikat tahun lalu sudah berjalan sesuai rencana.
BHP menegaskan kembali tawarannya untuk Juni 2018 dan mengatakan bahwa transaksi tersebut akan diumumkan pada pertengahan tahun finansial 2019.
Bulan lalu, tercatat laporan bahwa perusahaan Royal Dutch Shell Plc. dan perusahaan ekuitas AS Blackstone Group LP diketahui membuat penawaran pada aset minyak shale BHP dengan nilai US$10 juta.