Bisnis.com, JAKARTA – Council of Palm Oil Producing Countries atau CPOPC, badan industri minyak kelapa sawit Indonesia dan Malaysia, menilai penghapusan produk minyak kelapa sawit di supermarket Iceland di Inggris telah menyesatkan konsumen.
Pihak Iceland mengatakan pada pekan lalu terkait perusakan hutan sehingga mereka akan menghapus produk minyak kelapa sawit dan produk turunannya hingga akhir 2018. Keputusan tersebut menyebakan permintaan minyak nabati berkurang hingga lebih dari 500 ton per tahun.
Dilansir dari Reuters Senin (16/4/2018), Direktur CPOPC Mahendra Siregar mengatakan dalam surat kepada Direktur Manajer Iceland pada Minggu (15/4/2018) bahwa pernyataan terkait minyak kelapa sawit telah ‘menyesatkan’ konsumen, khususnya terkait manfaat minyak nabati lain yang lebih ramah lingkungan.
CPOPC mengatakan permintaan minyak nabati masih terus bertumbuh, menggantikan minyak kelapa sawit dengan jenis minyak nabati lain seperti minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari.
Kebutuhan lahan untuk mendukung produksi minyak nabati lain tersebut membutuhkan lahan 10–20 kali lebih besar untuk mengahasilkan jumlah minyak dari kelapa sawit.
Indonesia dan Malaysia adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia. Dari data Pemerintah Indonesia dan badan pengolah minyak kelapa sawit Malaysia menunjukkan bahwa permintaan yang terlalu banyak untuk minyak nabati itu memicu perkebunan kelapa sawit tersebar hingga 18 juta hektare di Indonesia dan Malaysia.
Baca Juga
Sejumlah kritikus menyampaikan bahwa luasnya perkebunan sawit di Indonesia dan Malaysia turut menjadi penyebab memburuknya pemanasan global dan efek rumah kaca.
Penanaman kelapa sawit juga seringkali dijadikan kambing hitam sebagai penyebab kebakaran hutan yang biasanya terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Kebakaran tersebut tidak hanya merugikan lahan hutan di Indonesia, tetapi asapnya juga turut mencemari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Selain dari pendapat Iceland, jajaran parlemen Eropa juga berniat menghapuskan penggunaan minyak kelapa sawit yang tidak diolah secara berkelanjutan untuk biodiesel pada 2020.
Eropa mengeluarkan rencana memberikan label Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) pada industri kelapa sawit dan minyak nabati lainnya di Eropa dan sekitarnya untuk memastikan pengolahan minyak kelapa sawit secara berkelanjutan.
Eropa negara ke-2 paling berpegaruh untuk perdagangan minyak kelapa sawit Indonesia dan Malaysia. Untuk mengatasi risiko penurunan permintaan, Indonesia berencana memasarkan minyak kelapa sawit ke bidang lain seperti menggencarkan penggunaan biodiesel di negara sendiri.