Bisnis.com, JAKARTA – Komoditas gula mengalami pelemahan drastis hingga mencapai level terendah dalam 2,5 tahun seiring dengan proyeksi meningkatnya tingkat produksi, terutama di Uni Eropa akibat penghapusan kuota produksi.
Tercatat, harga gula di ICE New York kontrak teraktif Mei 2018 menurun 0,05 poin atau 0,40% menjadi US$12,47 sen per pon pada penutupan perdagangan Selasa (3/4). Posisi sempat menyentuh level terendah dalam 2,5 tahun pada 28 Maret di level US$12,21 sen per pon.
Menurut Bloomberg Commodity Index, sepanjang tahun, harga telah turun lebih dari 18% dari level penutupan US$15,16 sen per pon pada 29 Desember 2017. Angka penurunan tersebut merupakan terlemah di antara komoditas perkebunan lainnya.
Pada 2017, Harga juga tercatat mengalami pelemahan mencapai 28% secara tahunan (yoy), karena tertekan peningkatan produksi, terutama di UE dan India. Dilansir dari Bloomberg, produksi UE mengalami kenaikan drastis seiring dengan dihapuskannya kuota produksi pada akhir September 2017.
Namun, kenaikan produksi di negara produsen gula terbesar ketiga tersebut datang pada saat permintaan gula menurun seiring dengan pasar yang semakin sadar kesehatan dan mengurangi konsumsi pemanis.
Analis Hargreaves Lansdown George Salmon menuturkan bahwa kenaikan produksi itu telah mendorong gula UE terlempar ke pasar global dan mendorong berlimpahnya pasokan. “Penghapusan kuota menyebabkan harga gula lebih lemah,” kata Salmon.
Alexandre Luneau, EVP of Market Risk Management di Paris menuturkan, output gula UE akan mencapai 20,1 juta ton pada musim 2017/2018, naik sekitar 21% dari musim sebelumnya sebesar 15,9 juta ton.
Sementara itu, pada periode yang sama, konsumsi gula UE diperkirakan mencapai 17,5 juta ton, lebih rendah dari musim sebelumnya sebanyak 17,7 juta ton. Dengan demikian, UE meningkatkan pengiriman ke luar negeri sekitar 3,5 juta ton pada musim ini, lebih tinggi dari musim sebelumnya sebesar 1,4 juta ton.
Periode peningkatan pengiriman gula tersebut bersama dengan gencarnya kebijakan WTO yang mengatur pembatasan pengiriman.
Berdasarkan data Bank Dunia, produksi di India sebagai produsen gula terbesar kedua secara global pada musim 2017/2018 akan mencapai 25,8 juta ton, naik 15% dari musim sebelumnya 21,9 juta ton.
Adapun, produksi dari Thailand, produsen terbesar keempat dunia, diperkirakan menjadi 11,2 juta ton dengan kenaikan 11% dari 10 juta ton yang dicapai pada musim sebelumnya.