Bisnis.com, JAKARTA – Harga bijih besi mengalami rebound tipis kembali ke level US$70 per ton setelah mencapai level terendah lebih dari tiga bulan seiring dengan informasi penurunan stok pada pekan lalu.
Terpantau, harga bijih besi kadar 62% pada perdagangan Senin (2/4) pukul 13.30 WIB di bursa Dalian Commodity Exchange kontrak teraktif Mei 2018 naik 1,13 poin atau 1,62% menjadi US$70,79 per ton.
Sebelumnya, harga rebound dari level terendah lebih dari tiga bulan di US$69,24 per ton. Secara year-to-date (ytd), harga merosot hingga 16,04%.
Padahal, pada tahun lalu, harga bijih besi telah tumbuh hingga lebih dari 20% dan melonjak 84,18% year-on-year (yoy) pada 2016 lantaran mendapat dukungan stimulus dari pemerintah China terhadap produksi baja yang menaikkan sisi konsumsi.
Adapun, bullish pada 2017 didorong oleh tren permintaan yang kuat disertai pasokan yang terbatas.
Sementara memasuki 2018, harga bijih besi memang dinilai oleh sejumlah analis akan mengalami bearish seiring dengan permintaan China yang melemah di samping melambatnya pertumbuhan sektor properti China.
Harga yang mengalami kenaikan tipis akhir-akhir ini didorong oleh data penurunan stok bijih besi China, negara produsen sekaligus konsumen bijih besi utama dunia.
Berdasarkan data perusahaan riset Pemerintah China Antaike, persediaan bijih besi di China mengalami penurunan sebesar 1,2 juta ton menjadi 144,6 juta ton pada pekan lalu.
Penurunan stok menunjukkan permintaan yang meningkat pada bahan baku baja tersebut sehingga mendorong penguatan harga.
Namun, pada versi laporan lainnya, steelhome menuturkan bahwa stok bijih besi China naik 0,8% menjadi 161,7 juta ton week-on-week (wow).