Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dropbox Sukses IPO di Tengah Kegamangan Bursa Saham Global

Dopbox Inc. berhasil melebihi nilai valuasi pendanaan privat dalam debut pertamanya sebagai perusahaan publik di tengah penurunan bursa saham akibat kekhawatiran perang dagang.
Dropbox
Dropbox

Bisnis.com, JAKARTA -- Dopbox Inc. berhasil melebihi nilai valuasi pendanaan privat dalam debut pertamanya sebagai perusahaan publik di tengah penurunan bursa saham akibat kekhawatiran perang dagang.

Saham ini melonjaki setelah investor berlomba-lomba dalam penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) perusahaan teknologi terbesar tahun ini.

Mengutip Bloomberg, saham Drobox ditutup sebesar USS$28,48 per lembar di New York pada Jumat (23/3), menjadikan valuasi pasar perusahaan layanan komputasi awan (cloud) ini senilai US$11,2 miliar. Angka itu telah naik hampir 50% di atas harga IPO mereka pada hari sebelumnya, menjadi sekitar US$31,60.

Dropbox yang ditemukan oleh Drew Houston dan Arash Ferdowsi pada 2007 tadinya hanya bernilai US$10 miliar saat pendanaan privat terakhir mereka empat tahun yang lalu.

Setelah menargetkan valuasi pasar yang hanya US$7,1 miliar dalam IPO ini, permintaan yang kuat atas saham Drobbox membantu mengecilkan celah antara harga IPO dan harga dari saat pendaan privat.

Dropbox menjual 36 juta sahamnya seharga US$21 dari sebelumnya di kisaran US$18-US$20 per lembar saham pada Kamis (22/3), sehinga setidaknya Dropbox berhasil meraup dana sebesar US$756 juta.

Adapun, investor bersedia membayar lebih di saat pasar ekuitas, khususnya saham perusahaan teknologi, anjlok pada Kamis (22/3) dengan indeks Nasdaq 100 berada di level terendahnya selama enam minggu. Di sisi lain, saham Dropbox berhasil naik pada Jumat (23/3), meskipun saham-saham lainnya tetap melemah.

Antusiasme respons investor untuk IPO ini telah membuka satu kesulitan bagi perusahaan Silicon Valley untuk go public. Perusahaan-perusahaan besar di Silicon Valley memang terkenal memiliki kesulitan dalam IPO karena memiiki niilai valuasi dari pendanaan privat yang tinggi.

Dropbox tampaknya berhasil melalui fase terbawah dalam IPO tersebut. Biasanya, valuasi pertama perusahaan dengan nilai tinggi dari pendanaan privat yang go public hampir selalu tidak sesuai dengan harapan.

Sejumlah miliaran dolar AS dalam pendanaan privat telah melambungkan valuasi dari perusahaan teknologi, membuat perusahaan tersebut khawatir tidak bisa berjalan sesuai dengan metrik dan melemahkan pipeline IPO AS.

Biasanya, kandidat pra-IPO telah menentukan daftar rencana untuk mencoba tumbuh melebihi valuasi privat mereka.

Yogesh Amle, Managing Director and Head of Software Union Square Advisors, sebuah bank investasi yang fokus pada perusahaan teknologi, menyatakan bahwa selalu ada ketakutan di pasar dalam menetapkan harga untuk perusahaan yang memiliki valuasi privat tinggi.

"Jika kita menetapkan harga di bawah harga sebelumnya, ada indikasi bahwa perusahaan itu gagal,” katanya, seperti dikutip Bloomberg, Minggu (25/3).

Adapun, selain valuasi pasar tersebut, masih banyak indikator yang menjadi penilaian keberhasilan suatu perusahaan publik. 

Akantetapi, performa IPO dipandang sebagai sentimen negatif jika harganya berada di bawah valuasi pendanaan privat, sehingga dapat merusak hubungan pelanggan dan perusahaan, seperti membatasi perusahaan untuk mendapatkan dana lebih banyak.

Sebagai contoh, pasca-IPO Square Inc. menghadapi kritik tajam saat mendaftar pada 2015 dengan valuasi jauh di bawah pendanaan awal. Kala itu, perusahaan bidang pembayaran itu mendapatkan dana lebih sedikit dari yang diharapkan, sebesar US$2,9 miliar, di bawah valuasi mereka ketika pendanaan privat sebesar US$6 miliar.

Adapun Dropbox, mungkin akan sedikit mendapat kelonggaran karena mereka berhasil mendapatkan profil pendanaan yang menguntungkan ketika menjadi perusahaan privat. 

Perusahaanyang berbasis di San Fransisco itu memiliki aliran dana yang positif dan melangkah menuju laba bersih, sementara memperlihatkan pendapatan tumbuh lebih dari 30% pada tahun lalu menjadi US$1,1 miliar, berdasarkan data pra-IPO mereka.

Neeraj Agrawal, General Partner di perusahaan investasi perusahaan teknologi Battery Ventures, menyatakan bahwa sekarang ini merupakan situasi di mana tidak terlalu banyak pertumbuhan dalam IPO tetapi ada banyak permintaan investor untuk perusahaan cloud. (Bloomberg/Dwi Nicken Tari).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper