Bisnis.com, JAKARTA – Harga jagung bergerak menguat seiring dengan prediksi menurunnya jumlah stok di Amerika Serikat dan meningkatnya tingkat ekspor.
Berdasarkan data U.S Departemen Agriculture (USDA) dalam laporan bulanannya, stok jagung Amerika Serikat lebih kecil di tengah ekspektasi meningkatnya ekspor dan naiknya produksi etanol.
“Ekspor jagung pada musim 2017/2018 diperkirakan akan naik 175 juta bushel menjadi 2,23 miliar bushel. Ini juga meningkatkan perkiraan jagung yang digunakan untuk etanol menjadi 5,58 miliar bushel dari 5,53 miliar bushel,” papar USDA.
Sementara itu, penanaman jagung AS diperkirakan akan mencapai 90 juta hektar, turun dari angka 90,2 juta hektar pada tahun lalu.
Komoditas jagung telah menjadi tanaman AS yang paling banyak diproduksi sejak 1983 dan saat ini terkenal sebagai produsen jagung terbesar di dunia.
Prediksi menurunnya stok disertai peningkatan ekspor mendorong penguatan harga jagung. Pada 8 Maret 2018, harga jagung berjangka di Chicago Board of Trade (CBOT) sempat menembus level tertinggi sejak 25 Juli 2017 di level US$3,94 sen per bushel.
“Harga jagung pada tahun ini diperkirakan berada di level US$3,40 sen per bushel, naik capaian pada tahun lalu sebesar US$3,30 sen per bushel,” tambahnya.