Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI: Rupiah Akan Tetap Fleksibel

Bank Indonesia akan mempertahankan nilai tukar mata uang Garuda tetap fleksibel. Hal itu dilakukan untuk mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia.
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia akan mempertahankan nilai tukar mata uang Garuda tetap fleksibel. Hal itu dilakukan untuk mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia.

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo menuturkan jika nilai tukar mengalami penyesuaian itu adalah komitmen Bank Sentral bahwa nilai tukar fleksibel.

"Nilai tukar akan tetap dipertahankan fleksibel untuk mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia dan juga tentu ada pengaruh dari pergerakan nilai tukar negara tetangga atau negara peers Indonesia," ujar Agus, Jumat (9/3/2018).

Depresiasi rupiah sejak awal tahun 2018 hingga hari ini mencapai 1,5%. Menurut Agus, negara lain seperti Filipina dan India mengalami depresiasi lebih besar.

Depresiasi ini mencerminkan bahwa negara dengan kondisi transaksi berjalan yang defisit biasanya akan lebih mendapatkan tekanan dibandingkan negara yang surplus.

Kendati transaksi berjalan Indonesia defisit, Agus menyampaikan kondisi pengelolaan transaksi valuta asing di dalam negeri telah jauh cukup baik dibandingkan 2008. Kini, Indonesia sudah memiliki peraturan bagi korporasi untuk utang valuta asing (valas).

Dengan demikian, jika terjadi tekanan terhadap nilai tukar seperti saat ini, korporasi di dalam negeri lebih sehat karena utang luar negerinya sudah memiliki aturan lindung nilai, likuditasnya terjaga dan memiliki rating minimum untuk melakukan pinjaman valas dari luar negeri.

Dahulu, transaksi valas di Indonesia bisa mencapai US$8 miliar per bulan. Setelah UU Mata Uang yang mewajibkan transaksi antar-residen mengunakan rupiah, transaksi valas di dalam negeri menurun hingga sekitar US$1,3 miliar per bulan.

Selain itu, Agus mengatakan perusahaan yang sebelumnya bisa melakukan jual beli dalam valuta asing, sekarang tidak boleh sehingga kebutuhan valasnya terbatas.

"Transaksi underlying dengan valuta asing sudah tidak besar jadi semua ini sekarang ada di dalam alam rupiah. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan," paparnya.

Saat ini, kedalaman pasar keuangan Indonesia sudah jauh berkembang. Jika pada 2013 transaksi harian pasar keuangan hanya US$2- US$3 miliar, sekarang transaksinya sudah mencapai US$6 miliar. Ini disebabkan adanya pendalaman pasar keuangan melalui instrumen terkait.

Dengan demikian, Agus menyampaikan Indonesia jauh lebih siap menghadapi kondisi yang terjadi di global, mulai dari perkembangan di AS, kenaikan tingkat suku bunga global, kondisi geopolitik dan lain sebagainya. "Yang ingin saya sampaikan kita dalam kondisi baik," tegas Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper