Bisnis.com, JAKARTA – Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan tingkat permintaan minyak mentah dari produsen OPEC akan menurun seiring dengan pertumbuhan produksi yang lebih lambat.
IEA memproyeksikan dalam laporan Oil 2018 menuturkan, output OPEC diprediksi akan tumbuh pada kecepatan yang lebih lambat lantaran prediksi produksi Venezuela akan menurun, sedikit mengimbangi kenaikan di Irak.
Di samping itu, kontribusi pada permintaan global juga akan lebih rendah dibanding non-OPEC, terutama Amerika Serikat.
“Dengan meningkatnya minyak serpih AS dan pasokan negara non-OPEC lainnya, permintaan untuk minyak mentah OPEC ditambah penarikan dari persediaan, rata-rata akan mencapai 31,8 juta barel per hari [bph] pada 2019,” papar IEA, seperti dilansir Reuters, Selasa (6/3/2018).
Angka tersebut lebih rendah dari permintaan sebesar 32,3 juta bph pada 2018 serta di bawah perkiraan terbaru IEA terkait produksi OPEC sebesar 32,16 juta bph.
Adapun, dalam jangka 5 tahun ke depan, IEA memproyeksikan permintaan global akan meningkat sebesar 6,9 juta bph menjadi 104,7 juta bph, dipicu oleh pertumbuhan ekonomi di Asia dan industri petrokimia AS yang bangkit kembali.
Baca Juga
“Perkiraan kapasitas minyak mentah OPEC hanya akan tumbuh 750.000 bph menjadi 36,3 juta bph dan akan memasok kurang dari 35% permintaan global pada 2023 mendatang. Prosentase tersebut lebih rendah dari pangsa historisnya sekitar 40%,” papar IEA.