Bisnis.com, JAKARTA-Harga minyak rebound pada akhir perdagangan Senin kemarin terdampak pernyataan Badan Energi Internasional (IEA) bahwa permintaan minyak global akan meningkat sebesar 6,9 juta barel per hari menjadi 104,7 juta barel per hari pada 2023.
Menurut IEA pada Senin (5/3/2018) permintaan minyak secara global dipicu oleh pertumbuhan ekonomi di Asia dan kebangkitan kembali industri petrokimia di Amerika Serikat.
Namun demikian, pertumbuhan produksi minyak dari AS, Brasil, Kanada, dan Norwegia dapat membuat pasokan dunia terpenuhi, lebih daripada sekadar memenuhi pertumbuhan permintaan minyak global hingga 2020. Hanya saja, masih diperlukan lebih banyak investasi untuk meningkatkan produksi setelah itu.
Baca Juga
"Kapasitas produksi minyak global diperkirakan tumbuh sebesar 6,4 juta barel per hari mencapai 107 juta barel per hari pada 2023. Berkat revolusi [minyak] serpih, Amerika Serikat memimpin keadaan itu, dengan total produksi cairan mencapai hampir 17 juta barel per hari pada 2023, naik dari 13,2 juta barel per hari pada 2017," kata IEA dalam sebuah laporan tahunan.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April naik 1,32 dolar AS, menjadi menetap di 62,57 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei bertambah 1,17 dolar AS menjadi ditutup pada 65,54 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.