Bisnis.com, JAKARTA – PT Astra International Tbk. membukukan pendapatan sebesar Rp206,05 triliun sepanjang 2017, atau naik 13,8% dibandingkan capaian perseroan pada 2016 yang tercatat sebesar Rp181,08 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi yang dipublikasikan perseroan, emiten otomotif dengan kode saham ASII tersebut berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp18,88 triliun pada 2017 atau naik 25% year-on-year (yoy) dari Rp15,15 triliun.
Adapun, penghasilan komprehensif yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk perseroan mencapai Rp18,52 triliun atau naik 13,6% (yoy). Data laporan keuangan perusahaan juga menunjukkan kontribusi pendapatan dari bisnis otomotif menurun.
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto mengemukakan perbaikan harga komoditas yang terus berlangsung dapat memberikan dampak positif pada bisnis alat berat dan agribisnis perseroan.
“Setelah mencetak kinerja keseluruhan yang baik pada tahun 2017, Grup Astra diharapkan dapat terus diuntungkan dari membaiknya kondisi ekonomi serta stabilnya harga komoditas, meskipun persaingan di pasar mobil akan terus meningkat,” ungkap Prijono dalam keterangan resmi, Selasa (27/2/2018).
Prijono mengungkapkan pada 2017 lalu, pangsa pasar motor Astra menigkat, namun pangsa pasar mobil menurun karena kompetisi ketat untuk merebut pasar. Selain kenaikan pendapatan dari sektor alat berat dan perkebunan, Prijono menggarisbawahi pada tahun ini, PT Bank Permata Tbk. juga kembali mencetak profit.
Nilai kas bersih perseroan, di luar Grup Jasa Keuangan, menyentuh Rp2,7 triliun pada akhir tahun 2017 dibandingkan nilai kas bersih pada akhir tahun 2016 sebesar Rp6,2 triliun. Penurunan ini terutamanya disebabkan oleh investasi baru yang dilakukan sepanjang tahun pada jalan tol, properti serta pembangkit tenaga listrik.
Sejalan dengan hal tersebut, utang bersih di perusahaan induk, Astra International mencapai Rp9,2 triliun pada akhir tahun 2017, meningkat dibandingkan pada akhir tahun 2016 sebesar Rp7,1 triliun. Anak perusahaan Grup Jasa Keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp46,1 triliun pada akhir tahun 2017, dibandingkan dengan Rp47,7 triliun pada akhir tahun 2016.
Adapun, awal bulan ini Prijono mengungkapkan Grup Astra akan menggelontorkan belanja modal sebesar Rp26 triliun—Rp27 triliun, naik 22% dibanding tahun 2016 yang sebesar Rp21 triliun—Rp22 triliun.
Dari belanja modal tersebut, Grup Astra menjadi investor terbaru Go-Jek setelah menyuntikkan dana sebesar Rp150 juta atau sekitar Rp2 triliun pada Unicorn yang didirikan Nadiem Makariem tersebut. Tahun ini, ASII optimistis kinerja perseroan semakin membaik.
“Grup Astra diharapkan dapat terus diuntungkan dari membaiknya kondisi ekonomi serta stabilnya harga komoditas, meskipun persaingan di pasar mobil akan terus meningkat,” ungkap Prijono.