Bisnis.com, JAKARTA–Mata uang Garuda mengalami kemerosotan pada sesi perdagangan Kamis (22/2/2018) seiring dengan penguatan dolar AS setelah risalah FOMC.
Mata uang rupiah ditutup melemah 0,49% di level Rp13.685 per dolar AS setelah dibuka dengan pelemahan 0,18% di level Rp13.643 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak pada kisaran Rp13.643—Rp13.693 per dolar AS.
Sementara pada waktu yang sama, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS melaju ke level tertinggi dalam sepekan terhadap sekelompok mata uang utama dunia pada Kamis, naik 0,12% menjadi 90,109, rebound dari level terendah 3 tahun di 88,25 yang tersentuh pada minggu lalu.
Namun, pelemahan rupiah di posisi RP13.600-an per dolar AS dinilai masih di level aman.
Pengerekan greenback terjadi pascarisalah rapat kebijakan The Fed pada 30—31 Januari lalu yang dirilis pada Rabu (21/2/2018) yang menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan The Fed sangat yakin akan kebutuhan untuk terus meningkatkan suku bunga pada tahun ini.
Adapun, ekspektasi kenaikan suku bunga didorong oleh kenaikan inflasi yang lebih optimis. Risalah tersebut menunjukkan bahwa anggota dewan gubernur menaikkan proyeksinya untuk prospek ekonomi sejak Desember.
Baca Juga
Lebih positif, ekonom Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) di Singapura justru menuturkan bahwa pelaku pasar menafsirkan pernyataan risalah tersebut sebagai kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga lebih banyak, yaitu empat kali pada tahun ini.