Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pergerakan Harga Minyak Berpotensi 'Sideways'

Harga minyak mentah dunia berpotensi bergerak sideways seiring dengan gangguan suplai pipa Forties yang diimbangi dengan berhentinya pemogokan serikat minyak di Nigeria dan kenaikan produksi AS.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia berpotensi bergerak sideways seiring dengan gangguan suplai pipa Forties yang diimbangi dengan berhentinya pemogokan serikat minyak di Nigeria dan kenaikan produksi AS.

Terpantau, pada perdagangan Selasa (19/12/2017) pukul 09.10 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat tipis 0,03 poin atau 0,05% menjadi US$57,19 per barel di New York Merchantile Exchange.

Adapun harga minyak Brent turun 0,07 poin atau 0,11% menuju US$63,34 per barel di ICE Futures Europe yang berbasis di London.

Brent sempat menguat hingga level tertinggi di US$63,91 pada Senin pagi, namun turun kembali setelah Ineos, operator pipa Laut Utara Forties mengatakan bahwa celah yang menutupi pipa belum menyebar.

“Penutupan pipa Forties terus mendukung pasar. Kami melihat bagaimana pasar bereaksi terhadap sejumlah barel yang tidak tersedia” kata John Kolduff, partner di Again Capital.

Dilansir dari Reuters, Commerzbank dalam sebuah catatan mengatakan, belum adanya informasi yang dipercaya tentang berapa lama pekerjaan perbaikan pipa tersebut akan berlangsung dan kapan pipa bisa kembali beroperasi.

“Ini akan menghalangi penurunan harga Brent untuk masa depan,” katanya.

Sementara itu, para pekerja di Nigeria, negara penghasil minyak mentah terbesar kedua di Afrika menghentikan aksi pemogokan setelah Presiden Asosiasi Staf Senior Petroleum dan Natural Gas Nigeria mengatakan bahwa pemogokan bisa dilanjutkan pada Januari mendatang.

Di samping itu, sentimen yang membayangi pergerakan harga minyak juga datang dari kenaikan produksi AS.

Produksi AS telah melonjak 16% sejak pertengahan 2016 sampai 9,8 juta barel per hari (bpd). Angka ini mendekati output produsen papan atas, Arab Saudi sebanyak 10 juta bpd dan Rusia sebesar 11 juta bpd.

International Energu Agency (IEA) mengatakan bahwa pasar minyak global akan mengalami surplus sekitar 200.000 bpd pada semester pertama 2018. Adapun U.S Energy Information Administration (EIA) memproyeksikan terjadi surplus yang sama untuk periode tersebut dan mengindikasikan pasokan di kisaran 167.000 untuk sepanjang 2018.

Agus Chandra, analis Monex Investindo Futures dalam publikasi risetnya mengatakan bahwa harga minyak berpotensi sideways di tengah gangguan pada suplai minyak yang diimbangi dengan kenaikan output minyak AS.

“Harga berpeluang bergerak di kisaran US$56,75—US$57,80 per barel,” kata Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper