Bisnis.com, JAKARTA – Produksi minyak OPEC turun pada November 2017 sebesar 300.000 barel per hari (bpd) ke level terendah sejak Mei, lantaran komitmen yang kuat dengan kesepakatan OPEC. Selain itu, penurunan juga karena tertekan oleh susutnya ekspor dari Angola dan Irak, serta penurunan yang tidak disengaja.
Berdasarkan survei Reuters, disebutkan produksi OPEC pada November mencapai 32,48 juta bpd, turun sebesar 300.000 bpd dari bulan sebelumnya sebesar 32,78 juta bpd sekaligus terendah sejak Mei 2017 sebesar 32,44 juta bpd.
Kepatuhan OPEC terhadap kesepakatan pemangkasan produksi dianggap telah meningkat hingga 112% pada November, naik 20% dari bulan sebelumnya sebesar 92%.
Pengekspor utama Arab Saudi terus ditekan di bawah target OPEC, sama halnya yang dilakukan oleh semua anggota, kecuali Ekuador, Gabon, dan Uni Emiret Arab.
Seperti diketahui, OPEC mengurangi produksi sekitar 1,2 juta bpd sebagai bagian dari kesepakatan dengan Rusia dan nonanggota lainnya, guna menyeimbangkan pasar minyak global. Pekan lalu, pertemuan OPEC menghasilkan keputusan untuk memperpanjang pemangkasan produksi hingga akhir 2018.
Penurunan produksi terbesar pada November diperoleh Angola sebanyak 100.000 bpd di mana ekspor telah turun ke level terendah sepanjang 13 bulan.
Ekspor di Angola telah tertahan dalam beberapa bulan terakhir lantaran pemeliharaan ladang minyak.
Penurunan produksi terbesar kedua berasal dari Irak. Ekspor dari Irak juga turun menjadi 3,5 juta bpd pada November, namun tidak disebutkan besaran angka penurunannya.
Output dan ekspor di Irak telah turun pada pertengahan Oktober ketika pasukan Irak merebut kendali atas ladang minyak dari pejuang Kurdi.
Sementara itu, produksi di Venezuela merosot lebih jauh di bawah target OPEC karena industri minyak di negara tersebut kekurangan dana akibat depresi ekonomi.
Adapun output Aljazair turun untuk bulan kedua lantaran rencana pemeliharaan ladang minyak.
Nigeria dan Libya, dua produsen yang sebelumnya dibebaskan dari kesepakatan ini membantu penurunan produksi masing-masing 40.000 bpd dan 30.000 bpd.
Sementara itu, Arab Saudi memangkas produksi sebesar 30.000 bpd, sesuai dengan komitmen pemangkasan dalam kesepakatan OPEC.