Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melemah pada perdagangan Senin (4//12/2017) di tengah kekhawatiran bahwa kesepakatan OPEC untuk memperpanjang pengurangan produksi dapat meningkatkan aktivitas pengeboran AS.
Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Januari ditutup melemah 1,5% atau 0,89 poin ke level US$57,47 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan sekitar 32% di bawah rata-rata 100 hari.
Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Februari turun US$1,28 ke level US$62,45 di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London, level terendah dalam dua minggu terakhir.
Dilansir Bloomberg, OPEC dan mitranya termasuk Rusia pekan lalu sepakat untuk terus membatasi output hingga akhir tahun depan. Pada saat yang sama, pengebor minyak shale AS diperkirakan akan meningkatkan anggaran pengeboran hingga 20% pada tahun 2018, menurut survei ISC Evercore tentang tren anggaran industri.
"Ini merupakan kenaikan yang mantap di sisi produksi di AS, yang terus menggerogoti harapan OPEC untuk menyeimbangkan pasar," ungkap John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, seperti dikutip Bloomberg.
Penurunan tersebut terjadi setelah minyak melonjak sekitar 20% dari posisi awal September karena investor bersiap untuk keputusan OPEC pekan lalu. Negara-negara produsen akan mempertahankan pemangkasan produksi sampai permintaan berada pada level yang seimbang dengan pasokan, Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih mengatakan.
Output OPEC pada November turun ke level terendah dalam enam bulan terakhir, menurut survei Bloomberg News terhadap para analis, perusahaan minyak dan data pelacakan kapal.
Namuin, aktivitas pengeboran minyak shale AS dapat melonjak, dan meruntuhkan kesepakatan OPEC. Jumlah rig minyak AS sudah berada pada level tertinggi sejak September pekan lalu, menurut data Baker Hughes yang dikeluarkan pada hari Jumat, dan output A.S. berada pada rekor tertinggi dalam statistik mingguan pemerintah.
Dikutip Bloomberg, Pioneer Natural Resources Co, salah satu pengeboran independen terbesar AS, berencana untuk meningkatkan produksi menjadi lebih dari 1 juta barel setara minyak per hari (BOE/D) pada 2026 dari sekitar 300.000 per hari pada kuartal ini.