Bisnis.com, JAKARTA – Emas kesulitan menembus level US$1.300 per troy ounce di tengah ketidakpastian reformasi pajak Amerika Serikat dan penaikan suku bunga The Fed yang 'menggoyang' dolar AS.
Pada perdagangan Selasa (7/11) pukul 17.00 WIB, harga emas spot melemah 5,56 poin atau 0,43% menjadi US$1.276,40 per troy ounce. Adapun harga emas Comex melemah 4,90 poin atau 0,38% menjadi US$1.276,70 per troy ounce.
Pada waktu yang sama, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama menguat 0,291 poin atau 0,31% menjadi 95,048.
Research Analyst FXTM Lukman Otunuga meproyeksikan harga emas berada pada level resistance US$1.300 per troy ounce seiring dengan ketidakpastian naik atau turunnya dolar AS.
Otunuga menuturkan emas mengalami fluktuasi belakangan ini lantaran beragam sentimen yang berporos pada kondisi dolar AS di samping terjadinya geopolitik di beberapa negara, seperti Kurdi-Irak dan Catalonia-Spanyol.
“Secara mendasar yang menekan emas adalah menguatnya dolar AS dan pasar saham,” kata Otunuga kepada Bisnis.com, Selasa (7/11).
Baca Juga
Menurutnya, kondisi dolar AS saat ini cenderung bullish di tengah ketidakpastian aktualisasi dari rancangan undang-undang pajak dan kenaikan tingkat suku bunga The Fed pada Desember mendatang.
Apabila RUU pajak dan kenaikan tingkat suku bunga The Fed berhasil, maka dolar AS akan menguat. Menguatnya dolar AS ini akan menekan emas sehingga dia memproyeksikan emas angka resistan berada pada level US$1.300 per troy ounce.
“Proyeksi emas berada dalam titik keseimbangan pada level US$1.300 per troy ounce. Sementara angka support berada pada level US$1.260—US$1.270 per troy ounce,” katanya.