Bisnis.com, JAKARTA - Korporasi tambang milik negara, PT Antam (Persero) Tbk., membukukan penjualan bersih sebesar Rp6,96 triliun dalam periode Januari-September 2017.
Sekretaris Perusahaan Antam Aprilandi Hidayat Setia memaparkan penjualan tersebut paling banyak berasal dari penjualan emas dengan kontribusi sebesar Rp3,84 triliun atau 55% dari seluruh penjualan.
“Pada kuartal III tahun 2017 (kuartal III/2017, Juli-September 2017), penjualan bersih Antam tercatat sebesar Rp3,7 triliun,” paparnya dalam keterangan tertulis seperti dikutip pada Rabu (1/11/2017).
Dalam kurun 9 bulan sejak Januari hingga September, emiten berkode saham ANTM itu menjual 6.966 kilogram (223.962 oz) emas. Perseroan membukukan volume produksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung sebesar 1.473 kilogram (47.358 oz).
“Antam terus berupaya untuk meningkatkan penjualan emas dengan melakukan perluasan pasar. Antam telah menandatangani kerjasama dengan PT Pos Indonesia (Persero) untuk memanfaatkan 205 Kantor Pos di seluruh Indonesia sebagai channel penjualan dan distribusi penjualan emas Antam,” paparnya.
Selain emas, Antam juga menjual feronikel. Feronikel merupakan kontributor terbesar kedua dari total pendapatan perusahaan dalam periode Januari-September 2017 dimana menyumbang Rp1,74 triliun atau 25% dari total penjualan bersih.
Dalam periode 9 bulan itu, Antam menjual feronikel sebanyak 12.816 TNi atau naik sebesar 6% dibandingkan 12.095 TNi dalam periode yang sama 2016. Volume produksi feronikel pada Januari-September 2017 tercatat sebesar 15.813 TNi, naik 10% dibandingkan 14.393 TNi pada periode yang sama 2016.
“Peningkatan volume penjualan tersebut sejalan dengan strategi perusahaan untuk mengoptimalkan penjualan seiring dengan tren kenaikan harga nikel,” paparnya.
Di samping emas dan feronikel, Antam juga mendapatkan pendapatan dari bijih nikel. Pada kuartal II/2017, Antam telah mendapatkan izin ekspor bijih nikel kadar rendah sebesar 2,7 juta wmt (<1,7% Ni) ><1,7% Ni) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM).
Antam mencatatkan pendapatan dari bijih nikel sebesar Rp956 miliar dalam periode Januari-September 2017. Volume produksi bijih nikel yang digunakan dalam produksi feronikel serta penjualan domestik dan ekspor tercatat sebesar 3.514.485 wmt yang terdiri dari 1.486.682 wmt bijih nikel kadar tinggi dan 2.027.803 wmt bijih kadar rendah.
Dalam periode Januari-September 2017, Antam mencatatkan total volume penjualan bijih nikel sebesar 2.061.545 wmt yang terdiri dari 156.798 wmt penjualan ke pasar domestik dan 1.904.747 wmt bijih nikel kadar rendah untuk tujuan ekspor.
Seperti halnya pada bijih nikel, perseroan juga telah mendapatkan rekomendasi ekspor mineral dari KESDM untuk bijih bauksit sebesar 850 ribu wmt.
Antam mencatatkan volume produksi bauksit sebesar 454.984 wmt dalam periode Januari-September 2017 atau naik sebesar 178% dibandingkan dengan 163.783 wmt dalam periode Januari-September 2016.
Pada 9 bulan 2017, total volume penjualan bauksit mencapai 498.761 wmt, dimana 71.079 wmt digunakan sebagai umpan pabrik CGA Tayan dan 427.682 wmt diekspor.
Volume penjualan bauksit dalam Januari-September 2017 naik sebesar 168% dibandingkan dengan 186.033 wmt periode Januari-September 2016. Dalam periode itu, Antam mencatatkan pendapatan dari bauksit sebesar Rp226 miliar.