Bisnis.com, JAKARTA — Nilai transaksi broker pada kuartal III/2017 turun 15,44% secara year-on-year menjadi Rp794,59 triliun karena kurangnya sentimen positif dari domestik.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai transaksi broker pada kuartal III/2017 tersebut turun Rp145,12 triliun dari capaian sepanjang kuartal III/2016 yang tercatat sebesar Rp939,71 triliun.
Broker yang membukukan nilai transaksi terbesar sepanjang Juli-September 2017 yakni Morgan Stanley Indonesia. Perusahaan sekuritas asal Amerika Serikat ini menjadi perantara perdagangan saham dengan gross value sebesar Rp40,45 triliun.
Para periode tersebut, Morgan Stanley Indonesia paling banyak mentransaksikan saham emiten big cap berkode saham TLKM Rp5,52 triliun, BBRI Rp5,11 triliun, ASII Rp4,84 triliun, BMRI Rp4,69 triliun dan BBCA Rp4,57 triliun.
Adapun posisi kedua ditempati oleh CIMB Sekuritas Indonesia. Perusahaan efek ini membukukan transaksi saham senilai Rp35,12 triliun pada kuartal III/2017.
Saham yang paling banyak ditransaksikan melalui CIMB Sekuritas pun sama yakni saham-saham big cap, yakni ASII dengan gross value Rp2,49 triliun, TLKM Rp2,21 triliun, BBRI Rp1,8 triliun, BMRI Rp1,77 triliun dan BBCA Rp1,63 triliun.
Broker pelat merah, Mandiri Sekuritas menempati posisi ketiga dengan gross value sebesar Rp34,74 triliun sepanjang kuartal III/2017. Perusahaan efek yang dipimpin Silvano Rumantir ini paling banyak memperdagangkan SRIL sebesar Rp3,07 triliun.
Sementara empat saham terbesar lainnya yang ditransaksikan oleh Mansek pun saham dengan kapitalisasi terbesar yakni BMRI Rp2,31 triliun, ASII Rp1,99 triliun, TLKM Rp1,7 triliun dan BBRI Rp1,69 triliun.
Sekuritas asing Mirae Asset Sekuritas Indonesia, CLSA Indonesia dan PT Citigroup Sekuritas menyusul pada peringkat ke-4 hingga ke-6 dalam jajaran broker dengan nilai transaksi terbesar pada kuartal III/2017. Mayoritas saham yang ditransaksikan merupakan saham-saham emiten bluechip seperti BBCA, BMRI, TLKM dan BBRI.
Pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengungkapkan penurunan transaksi saham salah satunya karena pasar sedang konsolidasi sehingga aktifitas trading untuk mendapatkan profit cukup sulit. Proyeksi untuk kuartal IV/2017 pun belum diperkirakan akan berubah kecuali indicator makroekonomi.“Tidak banyak katalis positif lagi. Kuartal IV/2017 pun tidak bisa diharapkan ada katalis positif kecuali indicator makroekonomi,” ujarnya, Senin (9/10).
Terkait aksi jual asing yang terus terjadi di pasar Indonesia, Budi melihat investor asing memang banyak profit taking sembari menunggu potensi indeks terkoreksi kembali. “Namun, belum tentu juga apabila domestik tetap optimis dan terus melakukan aksi beli,” tambahnya.
Seperti diketahui, hingga penutupan perdagangan Senin (9/10), investor asing masih terus membukukan aksi jual bersih. Kemarin, asing membukukan aksi jual bersih sebesar Rp266,71 triliun dan membuat akumulasi jual bersih asing sebesar Rp14,76 triliun.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia kontribusi investor domestik dalam perdagangan saham terus meningkat. Pada kuartal III/2017, kontribusi investor domestik sebesar 64% dan asing sebesar 36%.