Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara menguat lebih dari 1% pada akhir perdagangan kemarin, Senin (25/9/2017), setelah hanya berakhir stagnan pada sesi perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Senin, harga batu bara untuk kontrak Januari 2018, kontrak teraktif di bursa komoditas Rotterdam, ditutup menguat 1,54% atau 1,35 poin di US$89,25/metrik ton.
Adapun pada perdagangan Jumat (22/9), harga batu bara kontrak Januari 2018 berakhir stagnan di posisi 87,90.
Penguatan harga batu bara didorong posisi Kanselir Jerman Angela yang lebih lemah pasca pemilihan umum sehingga menyebabkan rencana penghapusan pabrik batu bara berusia tua secara bertahap menjadi terlihat meragukan.
“Prospek koalisi CDU/CSU Merkel dengan FDP dan Partai hijau, berikut kebijakan-kebijakan iklim dan energi yang berbeda, akan menciptakan ketidakpastian sekaligus mengurangi keinginan langkah langsung penutupan pabrik batu bara,” jelas Barclays dalam risetnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (26/9/2017).
Seperti diberitakan, Merkel akan menjadi kanselir Jerman untuk keempat kalinya setelah partai pendukungnya, Partai Persatuan Demokrat Kristen atau CDU menang dalam pemilu yang berlangsung Minggu (24/9).
Meski demikian, kemenangannya dirusak oleh hasil yang lebih buruk dari perkiraan, yang dapat menimbulkan perundingan koalisi yang sulit saat dukungan untuk partai sayap kanan melonjak.
Partai Demokrat Sosial (Social Democratic Party/SDP) memutuskan untuk tidak melakukan kesepakatan dengan Partai Persatuan Demokrat Kristen (Christian Democratic Union/CDU) pimpinan Merkel.
Hal ini membuat pembentukan pemerintah akan semakin menantang. Sebaliknya, Merkel harus bernegosiasi dengan Partai Demokrat Bebas (Free Democratic Party) yang pro-bisnis dan Partai Hijau/Aliansi 90 dan dapat memakan waktu berbulan-bulan.
Sejalan dengan batu hitam, harga minyak mentah Brent melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari dua tahun terakhir setelah Turki mengancam akan menghentikan pengiriman minyak dari Kurdi yang melalui wilayahnya.
Minyak Brent untuk pengiriman November menguat 3,8% atau 2,16 poin dan ditutup di US$59,02 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London, level tertinggi sejak Juli 2015.
Sementara itu, minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman November menguat 1,56 poin ke level US$52,22 per barel di New York Mercantile Exchange.
Dilansir Bloomberg, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki dapat memutuskan menutup keran ekspor minyak dari Kurdistan karena wilayah Irak tersebut mengadakan referendum kemerdekaan.
Ekspor minyak mentah Pemerintah Daerah Kurdistan melalui pelabuhan Mediterania Turki di Ceyhan akan berakhir jika Turki memilih untuk menutupnya.
Sementara itu, OPEC dan mitranya menerapkan lebih dari 100% pemangkasan output yang disepakati bulan lalu, sedangkan prospek permintaan minyak global mulai membaik.
Pergerakan harga batu bara kontrak Januari 2018 di bursa Rotterdam
Tanggal | US$/MT |
25 September | 89,25 (+1,54%) |
22 September | 87,90 (0%) |
21 September | 87,90 (-2,39%) |
20 September | 90,05 (+0,28%) |
19 September | 89,80 (+2,16%) |
Sumber: Bloomberg