Bisnis.com, JAKARTA - Korporasi konstruksi dan investasi milik negara, PT Adhi Karya (Persero) Tbk., mengantongi kontrak baru senilai Rp537,28 miliar dari pekerjaan pembangunan pemukiman Township Tanah Putih di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
Sekretaris Perusahaan Adhi Karya memaparkan pemilik proyek gedung itu merupakan PT Bukit Asam (Persero) Tbk., perusahaan tambang batubara milik negara. Adhi Karya akan menggarap pekerjaan dengan lingkup perumahan, apartemen, gedung serbaguna dan sarana penunjang. "Waktu pelaksanaan (pekerjaan) 15 bulan," paparnya dalam surat elektronik, Selasa (19/9).
Perolehan kontrak baru itu akan menambah daftar proyek yang akan dikerjakan oleh Adhi Karya. Perusahaan telah mengantongi kontrak baru Rp28,6 triliun dalam periode Januari-Agustus 2017 atau bertambah Rp1,8 triliun dibandingkan dengan Rp26,8 triliun dalam periode Januari-Juli 2017.
Perolehan kontrak baru tersebut termasuk dari proyek kereta ringan (light rail transit/LRT) Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi fase I. Kontrak baru dari proyek LRT itu mencapai Rp19,7 triliun.
Realisasi perolehan kontrak baru di bulan Agustus 2017 antara lain berasal dari proyek Trans Park Bekasi, Jawa Barat (senilai Rp596,2 miliar), Masjid Agung Batam, Kepulauan Riau (Rp237,1 miliar), dan Tol Kualanamu Seksi 7B, Sumatra Utara (Rp225,9 miliar)
Kontribusi per lini bisnis dalam perolehan kontrak baru pada Agustus 2017 tersebut didominasi oleh lini bisnis konstruksi dan energi sebesar 96,6% dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya.
Berdasarkan segmentasi sumber dana, perolehan kontrak baru tersebut berasal dari pemerintah dengan porsi 79,4%, BUMN sebesar 9,8%, sementara swasta atau lainnya sebanyak 10,8%.
Berdasarkan pada tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri dari proyek jalan, jembatan dan LRT sebanyak 73,7%, proyek gedung sebanyak 20,6%, serta proyek infrastruktur lainnya sebesar 5,7%.
Sebagai gambaran, Adhi Karya menargetkan kontrak baru sebesar Rp21,4 triliun pada 2017 dimana lini bisnis konstruksi ditargetkan memberikan kontribusi sebesar 75,1%, energi (EPC) 11,3%, properti 11,5% dan industri sebesar 2,1%
Perusahaan telah membukukan pendapatan usaha Rp5,2 triliun pada semester I/2017 atau meningkat 65,6% dibandingkan dengan Rp3,1 triliun pada semester I/2016. Dari pendapatan itu, perusahaan mengantongi laba bersih sebesar Rp131,3 miliar pada semester I/2017 atau meningkat 136,4% dibandingkan dengan Rp55,5 miliar pada semester I/2016.
Pendapatan usaha Adhi Karya itu disumbang oleh proyek LRT dengan porsi 27,9% atau kedua terbesar setelah lini bisnis konstruksi. Selain itu, lini bisnis lain yang berkotribusi terhadap pendapatan usaha perseroan antara lain energi (EPC) sebesar 4,7%, properti 4,2%, dan industri 1,8%.
Pada 2017, pendapatan usaha Adhi Karya ditargetkan mencapai Rp14,4 triliun yang diperoleh dari lini bisnis konstruksi sebesar 81,4%, properti 9,4%, EPC 7% serta dari kontribusi industri sebesar 2,2%.
Dari pendapatan itu, perusahaan menargetkan laba bersih mencapai Rp505,6 miliar pada 2017 dengan kontribusi dari induk perusahaan sebesar 47,4% dan anak perusahaan sebesar 52,6%.