Bisnis.com, JAKARTA – Malaysia, Thailand, dan Indonesia, tengah mempertimbangkan untuk memangkas ekspor karet dalam waktu dekat.
Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia Datuk Seri Mah Siew Keong mengungkapkan, hal ini dilakukan demi stabilisasi anjloknya harga karet.
Harga Standard Malaysian Rubber (SMR 20) saat ini telah anjlok 40% menjadi RM6,27 per kg dari RM9,57 pada Januari.
Menurut Mah, ketiga negara akan mengadakan pertemuan mendesak pada 15 September tahun ini di Bangkok untuk menstabilkan volatilitas harga karet saat ini. Malaysia disebutkan dapat lebih lanjut memangkas ekspor karet dari 10% saat ini menjadi 15%.
“Saya tahu bahwa 450.000 petani kecil karet kami tidak mendapatkan harga yang pantas untuk produk mereka,” ujarnya kepada wartawan, seperti dikutip dari laman New Straits Times, Selasa (18/7/2017).
Malaysia, Thailand dan Indonesia saat ini memproduksi sekitar 60% dari total output karet global yang mencapai lebih dari 12,7 juta ton.
Anggota Dewan Karet Tripartit Internasional (International Tripartite Rubber Council/ITRC), yang terdiri dari produsen karet utama Thailand, Malaysia dan Indonesia, telah sepakat untuk menerapkan langkah-langkah pembatasan ekspor dalam menghadapi penurunan harga karet.
“Ketika ITRC bertemu di Bangkok, dalam beberapa bulan ke depan, kami akan mematangkan rincian pelaksanaan proyek jalan dengan penggunaan karet di negara masing-masing,” lanjut Mah.
Dia mengakui bahwa biaya jalan yang menggunakan karet akan sedikit lebih tinggi pada awalnya. Namun dalam jangka panjang, biaya perawatannya bisa menjadi lebih murah.
Harga karet untuk pengiriman Desember 2017, kontrak teraktif di Tokyo Commodity Exchange (Tocom), pada perdagangan hari ini ditutup turun tipis 0,05% atau 0,10 poin ke level 201,50 yen per kilogram (kg).
Pagi tadi, harga karet dibuka dengan kenaikan 0,69% atau 1,40 poin di posisi 203, setelah pada Jumat (14/7) membukukan rebound 0,85% atau 1,70 poin di posisi 201,60.