Bisnis.com, JAKARTA – Laba PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) diproyeksikan melonjak setidaknya lima kali lipat tahun ini, ditopang oleh harga bahan bakar yang lebih tinggi serta restrukturisasi utang yang membantu memangkas biaya bunga.
Seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (11/7/2017), Direktur & Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava memproyeksi laba bersih perusahaan dapat melonjak menjadi setidaknya US$350 juta tahun ini, dari hanya US$67,7 juta pada tahun 2016.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Bloomberg, nilai tersebut akan menjadi laba tertinggi sejak 2008. “Harga batu bara pada tahun 2017 terlihat rata-rata sekitar 30% lebih besar dari tahun 2016,” ujar Srivastava.
BUMI disebutkan sedang dalam proses menyelesaikan restrukturisasi utang yang mencakup rights issue senilai US$2 miliar.
Menurut Srivastava, utang perusahaan akan menyusut menjadi US$1,6 miliar dari sekitar US$4,2 miliar, sehingga membuka jalan untuk penghematan sebesar US$250 juta dalam biaya bunga tahunan saja.
Produksi batu bara BUMI pada paruh pertama tahun ini mencapai total sekitar 43% dari target tahun ini sebesar 89 juta metrik ton. Perusahaan berharap untuk meningkatkan aktivitas pertambangan di paruh kedua dengan kondisi cuaca yang kering.
Harga batu bara pun diprediksi dapat mencapai kisaran US$70 dan US$85 per ton selama dua tahun ke depan.
“BUMI akan bebas dari utang dalam sekitar 3--4 tahun begitu restrukturisasi itu berhasil diselesaikan dan apabila harga batu bara terus bergerak lebih tinggi,” lanjutnya.
“Begitu restrukturisasi utang selesai, tidak akan ada lagi yang tertinggal dalam neraca keuangan yang bisa menjadi kejutan. Kami telah mengambil beberapa langkah termasuk mencalonkan direktur independen ke dewan direksi dan komisaris perusahaan, serta menunjuk konsultan untuk mengatasi masalah tata kelola perusahaan,” ungkapnya.
Pekan lalu, BUMI mencalonkan Wayne Yao dan Haiyong Yu dari China Investment Corp., berikut Xuefeng Ruan dari China Development Bank kepada dewan direksi. Pada saat yang sama, emiten batu bara tersebut menunjuk Jinping Ma dan Benjamin Bao ke dewan komisaris perusahaan.
Perusahaan yang dimiliki Grup Bakrie itu juga menunjuk KPMG LLP sebagai auditor independen untuk memantau pengelolaan kas dan restrukturisasi utang.
“Perubahan-perubahan itu adalah langkah ke arah yang tepat untuk memperbaiki kekhawatiran investor terhadap tata kelola perusahaan BUMI,” kata Sharlita Malik, seorang analis di PT Samuel Sekuritas Indonesia.
Namun, tambah Malik, masyarakat tidak bisa mengubah persepsi perusahaan berdasarkan apa yang perusahaan lakukan dalam satu atau dua bulan terakhir. Dibutuhkan track record selama enam bulan hingga setahun sebelum investor mengubah persepsi mereka.