Bisnis.com, JAKARTA— Pasar kapas global diperkirakan akan mengalami banjir produksi lantaran para petani di berbagai belahan dunia saat ini berusaha meningkatkan produksinya. Di sisi lain, China tetap pada prinsipnya untuk memacu produksinya di tingkat tertinggi.
Keputusan para petani dalam memacu produksinya disebakan oleh tingginya harga kapas di pasar global saat ini. Departemen Pertanian AS mencatat, harga kapas meningkat 12% pada tahun lalu.
Adapun, otoritas di Paman Sam itu juga memperkirakan, produksi kapas global akan naik 6,9% pada musim panen yang dimulai pada 1 Agustus 2017. China dalam hal ini diperkirakan akan mencatat rekor produksi tertinggi sepanjang sejarah.
Sementara itu, AS yang menjadi eksportir kapas terbesar dunia diproyeksikan akan mengalami anen terbesar selama satu dekade terakhir. Kenaikan panen diperkirakan juga akan terjadi di Australia dan India.
“Sisi penawaran diharapkan akan tetap kuat. Namun jika kita lihat adanya proyeksi eknaikan produksi kapas, maka potensi kerugian akibat banjir produksi global akan membuat kerugian tersendiri,” kata Lara Magnusen, manajer porotofolio Altegris Advisores LLC di California, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (29/5/2017).
Dia melihat, penurunan peringkat utang China oleh Moody's ditakutkan akan memengaruhi sisi permintaan global. Alhasil, produksi berlebih di pasar tidak akan terserap secara maksimal oleh konsumen.
Menurut data Commodity Futures Trading Commission, para manajer keuangan global saat ini juga telah menurunkan taruhannya pada kenaikkan harga rata-rata kapas dunia sebesar 8,7% menjadi 95.904 untuk kontrak yang berakhir pada 23 Mei. Capaian itu menjadi yang terendah selama satu bulan terakhir.
Sementara itu, kontrak berjangka kapas turun 7,7% pada bulan Mei, menjadi 72.79 sen per pon pada Jumat (26/5/2017) di ICE Futures A.S. di New York. Level tersebut merupakan penurunan secara bulanan untuk pertama kalinya sejak Desember 2016.
Cuaca yang bersahabat di AS telah membantu proses persemaian kapas sepanjang musim semi tahun ini, terutama di Texas. Hingga 21 Mei, para petani Amerika telah melakukan aktivitas tanam hingga 52% dari target penanaman tahun ini. Aktivitas itu naik dari 45% periode yang sama tahun lalu.