Bisnis.com, JAKARTA – Berita kinerja emiten taksi pada kuartal I serta penambahan kapasitas produksi Sido Muncul menjadi topik beberapa media nasional hari ini, Rabu (3/5/2017). Berikut rincian topik utama di sejumlah media nasional.
Emiten Taksi, Kinerja Kuartal I Masih Tertekan. Kinerja emiten taksi regular PT Blue Bird Tbk. dan PT Express Transindo Utama Tbk. terus melanjutkan tren pelemahan pada kuartal pertama tahun ini, meskipun keduanya sudah merintis kerja sama dengan perusahaan aplikasi transportasi. (Bisnis Indonesia)
MMI Siapkan KIK-EBA Rp2 Triliun. Mandiri Manajemen Investasi segera menerbitkan produk perdana dengan skema kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK-EBA) berbasis sekuritisasi aset jalan tol dengan target penghimpunan dana sebesar Rp2 triliun. (Bisnis Indonesia)
Laba Emiten Ritel. MAPI Kinclong, RALS Tertekan. PT Mitra AdiperkasaTbk. mencatatkan raihan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk kuartalI/2017 senilai Rp57,42 miliar, melejit hingga 409% dibandingkan dengan posisi Rp11,28 miliar pada periode sama tahun sebelumnya. (Bisnis Indonesia)
BTN Galang Dana Rp5,5 T dari Pasar Modal. PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) berencana menggalang dana sebesar Rp5,5 triliun dari pasar modal tahun ini. Secara total, BTN membutuhkan dana eksternal sebesar Rp18 triliun sepanjang 2017. (Investor Daily)
Antam Matangkan Penjualan Saham Indonesia Chemical Alumina. PT Aneka Tambang Tbk. (Antam/ANTM) masih menjajaki lebih dalam rencana penjualan sebagian saham PT Indonesia Chemical Alumina (ICA) kepada mitranya, Showa Denko KK. (Investor Daily)
SIDO Genjot Produksi Tolak Angin. PT Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) membidik pertumbuhan pendapatan sebesar 15% di tahun ini. Untuk itu, emiten ini mendorong penambahan kapasitas produksi dan memperkuat penjualan ekspor ke Filipina. (Kontan)
Garuda Evaluasi Rute Merugikan. Setelah dua periode kuartal I belakangan mencetak rapor biru, kinerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. kembali kebakaran. Pada kuartal I 2017, perusahaan pelat merah itu mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih sekitar US$98,49 juta. (Kontan)