Bisnis.com, JAKARTA--Harga gas alam bakal mengalami peningkatan dalam waktu dekat seiring dengan proyeksi bertumbuhnya permintaan dari Amerika Serikat. Namun, pasar masih harus berhati-hati dengan faktor fundamental pada jangka panjang.
Pada perdagangan Rabu (5/4) pukul 18:06 WIB, harga gas alam untuk kontrak Mei 2017 menurun 0,58% menuju US$3,274 per MMBTU (Million British Thermal Unit). Pada perdagangan sebelumnya, harga melonjak 5,27%.
Sepanjang tahun berjalan year to date/ytd, harga sudah terkoreksi sebanyak 7,62%. Pada 2016, harga gas alam memanas 33%.
Gene McGillian, manager of market research at Tradition Energy di Stamford, menyampaikan lonjakan harga gas alam baru-baru ini dipicu oleh proyeksi kenaikan permintaan dari AS.
Perusahaan pembangkit tenaga listrik Cheniere Energy Inc., akan memulai operasi komersial Lousiana, sehingga membutuhkan banyak bahan bakar gas alam. Cheniere sudah membuat pengajuan kepada pemerintah pada Selasa (4/4).
Sementara Dominion Resources Inc., juga meminta izin regulator untuk mengoperasikan dua boiler perusahaan di Cove Point dan Maryland.
Kendati belum jelas berapa jumlah penyerapan gas alam dari Cheniere dan Dominion, pasar sudah bersikap optimis terhadap prospek harga. Pasalnya, tingkat suplai juga belum mengalami peningkatan.
"Pasar akan melihat sumber-sumber permintaan baru. Dengan produksi lebih rendah, tampaknya pasokan semakin ketat pada musim panas ini," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (5/4/2017).
Sebelumnya, harga memang mengalami pelemahan menjelang berakhirnya musim dingin karena proyeksi permintaan berkurang. Di sisi lain, pasar cukup bergantung kepada hubungan dagang antara AS dan Meksiko.
Meksiko merupakan importir utama gas alam AS. Namun, hubungan keduanya memanas setelah Donald Trump cenderung bersikap kontroversial dan berencana membangun tembok perbatasan kedua negara.
McGillian menambahkan, walaupun prospek permintaan dan suplai terlihat membaik, pasar tidak bisa mengesampingkan data pemerintah AS.
Menurut U.S. Energy Information Administration (EIA), pengambilan persediaan gas alam pada pekan yang berakhir Jumat (24/3) hanya mencapai 43 miliar kubik kaki (Billion cubic feet/Bcf), turun dari penyerapan pada minggu sebelumnya sebesar 150 Bcf.
Suhu yang lebih hangat di 48 negara bagian menyebabkan penurunan permintaan pemanas yang menggunakan gas alam dan penarikan persediaan yang lebih rendah. Stok gas alam kini mencapai 2.094 Bcf, lebih tinggi 250 Bcf dari rerata lima tahun sebesar 1.799 Bcf.
Dalam laporan Short Term Energy Outlook, EIA menyampaikan produksi gas alam pada 2017 diperkirakan meningkat sebesar 1,7 Bcf per hari (billion cubic feet per day/Bcfd) menjadi 72,4 Bcfd. Bahkan pada 2018, produksi gas alam bisa menembus angka 75,2 Bcfd.