Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten penyewaan menara PT Tower Bersama Infrastructure Tbk., (TBIG) membukukan pendapatan Rp3,71 triliun pada 2016, naik 8,47% year on year/yoy dari Rp3,42 triliun pada 2015.
Kendati membukukan kenaikan pendapatan, laporan keuangan TBIG menyebutkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp1,29 triliun, merosot 9,76% yoy dari tahun sebelumnya sebesar Rp1,42 triliun.
Hardi Wijaya Liong, CEO PT Tower Bersama Infrastructure Tbk., menyampaikan per 31 Desember 2016 TBIG menguasai 20.486 penyewaan menara dan 12.610 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik perseroan terdiri dari 12.539 menara telekomunikasi dan 71 jaringan Distributed Antenna System (DAS).
Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 20.415, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perusahaan menjadi 1,63. Adapun sepanjang tahun 2016, TBIG menambah 1.314 site telekomunikasi dan 889 kolokasi.
"Meskipun kami bertumbuh sebanyak 2.203 penyewaan secara organik tahun ini, penambahan penyewaan bersih kami lebih rendah, terutama dikarenakan penghentian penyewaan Telkom Flexi," tuturnya dalam siaran pers, Rabu (22/3/2017).
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., sudah menutup seluruh jaringan Flexi CDMA. Oleh karena itu, sisa dari pendapatan yang terkait dengan penyewaan ini dibayarkan lebih
awal oleh Telkom pada bulan Oktober 2016.
Emiten bersandi saham TLKM itu berkontribusi sebesar Rp152,95 miliar atau 4,1% dari total pendapatan TBIG. Kontribusi paling tinggi berasal dari PT Telekomunikasi Selular senilai Rp1,5 triliun, atau 40,48% dari total pemasukan.
Hardi menambahkan, TBIG mengeluarkan dana sebesar Rp1,5 trilliun pada 2016 untuk pemegang saham, yang terdiri dari Rp592 miliar dalam bentuk dividen dan Rp906 miliar dalam bentuk pembelian kembali saham. Hal ini memberikan imbal hasil sebesar 6,7%, berdasarkan harga saham Rp4.980 per 31 Desember 2016.
"Kami berharap untuk tetap memberikan imbal hasil yang signifikan kepada pemegang saham seiring dengan pertumbuhan dari bisnis organik, serta mempertahankan tingkat leverage," ujarnya.
Tahun lalu, total pinjaman dalam dolar AS sebesar Rp17,11 triliun dan gross senior debt sejumlah Rp9,45 triliun. Dengan saldo kas yang mencapai Rp365 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp16,74 triliun dan net senior debt perseroan menjadi Rp9,08 triliun.
Rasio net senior debt terhadap EBITDA kuartal IV/2016 yang disetahunkan adalah sebesar 2,8x, dan rasio pinjaman bersih (net debt) terhadap EBITDA triwulan keempat yang disetahunkan adalah 5,1x.
Helmy Yusman Santoso, CFO PT Tower Bersama Infrastructure Tbk., mengatakan perusahaan berhasil menurunkan tingkat leverage dari 5,2x pada kuartal IV/2015 menjadi 5,1x. Jumlah penyewa juga naik 11% yoy, dan dapat memberikan imbal hasil untuk pemegang saham sekitar Rp1,5 triliun.
Menurutnya, kreditur tetap merasa nyaman dengan tingkat leverage perseroan, karena TBBIG memiliki kontrak jangka panjang dari operator yang terjamin.
"Surat utang kami terus diperdagangkan pada harga premium dan inisiatif fasilitas bank kami selalu oversubscribed beberapa kali,” ujarnya.