Bisnis.com, JAKARTA—Penyedia layanan televisi berbayar via kabel PT Link Net Tbk mengalami pertumbuhan unit pelanggan sebanyak 15% menjadi 1,02 juta, namun di saat bersamaan rerata pendapatan per pelanggan menyusut 2% sepanjang 2016.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi 2016, Pertumbuhan unit pelanggan (revenue generating unit/RGU) broadband dan TV berbayar pada 2016 tercatat naik 15% atau menjadi 1,02 juta, dari RGU 2015 yang hanya 890.000 pelanggan.
Perseroan mengaku menambah jangkauan layanannya ke 153.000 rumah baru yang terkoneksi atau biasa disebut dengan istilah homes passed, sehingga kini mencapai 1,83 juta rumah per akhir 2016 dari angka semula 1,67 juta pelanggan.
“Churn atau perpindahan pelanggan tercatat sebanyak 2,2% atau lebih rendah dari tahun lalu 2,3%,”demikian tertulis dalam laporan perseroan, Selasa(21/3/2017).
Kendati mengalami kenaikan pengguna, rerata pendapatan per pelanggan (Average Revenue Per User/ARPU) menyusut tipis sekitar 2% menjadi Rp407.000 pada 2016 dari level sebelumnya yang sebesar Rp415.000 pada tahun sebelumnya.
Perseroan melaporkan pertumbuhan pendapatan sebesar 15% dari semula Rp2,56 triliun pada 2015 menjadi Rp2,95 triliun akhir tahun lalu, yang berasal dari pertumbuhan segmen residensial dan korporasi.
Secara rinci disebutkan, sumber pendapatan perseroan antara lain berasal dari, biaya berlangganan dari layanan broadband internet dan jaringan sebesar Rp1,67 triliun atau naik dari angka tahun sebelumnya Rp1,46 triliun. Selain itu, biaya berlangganan dari layanan televisi kabel Rp1,08 triliun atau naik dari Rp939,8 triliun. Terakhir, pendapatan lain-lain senilai Rp198,8 miliar.
Penyelenggara tetap berbasis kabel, jasa multimedia, dan akses internet itu membukukan laba usaha senilai Rp1,12 triliun, atau naik 19% dari angka tahun sebelumnya yang hanya Rp934,76 miliar. Adapun, laba bersih senilai Rp819 miliar atau naik 28% dari posisi sebelumnya Rp639,6 miliar.
Direktur Utama Irwan Djaja menilai bisnis korporasi menjadi salah satu mesin pertumbuhan yang berkontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan Link Net.
Di tengah tantangan kondisi makro ekonomi, sambungnya, pertumbuhan pendapatan merefleksikan adanya potensi pasar yang besar karena tingkat penetrasi broadband di Indonesia saat ini masih rendah.
“Kami optimis akan terus menghasilkan pertumbuhan dan laba berkelanjutan pada 2017, seiring membaiknya kondisi makro ekonomi,” ungkapnya.
Sebagai informasi, perusahaan yang berdiri sejak 1996 itu menyediakan layanan televisi berbayar, koneksi broadband, dan komunikasi data. Link Net beroperasi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), Surabaya, Malang, Bandung, Bali, Medan, dan Batam.
Link Net memiliki dan mengoperasikan jaringan kabel Hybrid Fiber Coaxial (HFC) dan Fiber to the Home (FTTH) yang menyediakan layanan akses internet untuk pelanggan-pelanggan ritel dan korporasi. Perseroan juga mengoperasikan layanan televisi berbayar dengan berkolaborasi dengan PT First Media Television.