Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah diprediksi masih akan melanjutkan pelemahannya sepanjang perdagangan Jumat (10/3/2017).
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan pelemahan rupiah mulai intensif di perdagangan Kamis kemarin setelah sebelumnya relatif stabil dibanding kurs lain di Asia.
Kenaikan yield juga mulai terjadi walaupun secara umum masih terbatasi oleh sentimen positif domestik – selain spekulasi kenaikan peringkat utang, pertemuan Jokowi dan SBY bisa meredakan situasi politik yang mulai kembali memanas menjelang pilkada DKI Jakarta putaran II.
"Pelemahan rupiah diperkirakan berlanjut dengan dominasi faktor global jelang FOMC meeting pada 14-15 Maret 2017, kesimpulan akan dirilis pada Kamis dini hari 16 Maret waktu Indonesia," ungkapnya dalam riset.
Dari global, ECB menyatakan puas terhadap prospek pertumbuhan Zona Euro sehingga pertambahan stimulus, kecil kemungkinannya.
Di tengah kemungkinan kenaikan FFR target yang semakin tinggi, yield obligasi Bund naik tajam semalam walaupun penguatan dollar index, tertahan oleh penguatan euro.
Harga minyak melanjutkan penurunannya, masih dipicu data persediaan minyak AS yang naik drastis. Fokus saat ini tertuju pada data pertambahan tenaga kerja non-pertanian AS yang akan dirilis nanti malam – ini akan menjadi titik konfirmasi terakhir sebelum FOMC meeting tengah minggu depan yang diharapkan menaikkan FFR target.