Bisnis.com, JAKARTA--Harga gula mengalami rebound di tengah kondisi sejumlah pihak yang masih menghitung ulang proyeksi pasar gula untuk musim 2017-2018, setelah pada periode sebelumnya mengalami defisit.
Pada penutupan perdagangan Selasa (21/2), harga gula di bursa ICE Futures Europe Commodities untuk kontrak Mei 2017 meningkat 0,48 poin atau 2,37% menuju US$20,74 sen per pon. Harga ini menunjukkan rebound setelah dua sesi sebelumnya mengalami penurunan.
Sepanjang tahun berjalan, harga meningkat 7,74%. Tahun lalu, harga gula berhasil melonjak 30,48% year on year/ yoy setelah mengalami tren menurun sejak 2010.
Dalam Konferensi Gula Dubai yang berlangsung pada pekan lalu, para peserta yang terdiri dari analis, trader, dan pelaku usaha berbeda pendapat tentang proyeksi pasar gula ke depan.
Adapun pada musim 2016-2017, pasar mengalami defisit, sehingga harga tumbuh manis. Perusahaan riset di Jerman F.O. Licht memperkirakan defisit gula global saat itu mencapai 4,9 juta ton.
Sean Diffley, Head of Sugar and Ethanol Tropical Research Services, menyampaikan sebagian besar analis memperkirakan tingkat pasokan gula akan melebihi volume permintaan pada musim 2017-2018 yang dimulai Oktober nanti. Meskipun demikian, jumlah persediaan di negara-negara produsen utama tetap berada di tingkat rendah.
Sejumlah analis termasuk TRS, F.O. Licht GmbH, Kingsman SA, S&P Global Platts memperkirakan surplus persediaan gula mencapai 1-3 juta ton pada musim depan. Namun, masih ada 8 bulan sebelum musim ini berakhir, sehingga proyeksi dapat berubah.
Michael Gelchie, direktur perdagangan Sucres et Denrees SA atau Sucden, menuturkan ada sejumlah faktor yang membuat pasar gula dunia tetap stabil. Kondisi tersebut terutama ditopang oleh tidak menentunya cuaca yang berimbas kepada volume produksi.
"Kita masih akan melewati variasi kondisi cuaca ke depan. Saat ini, pasar juga tidak memiliki cukup stok untuk mengantisipasi faktor cuaca tersebut," ujarnya, seperti dikutip dari Bloomberg.