Bisnis.com, JAKARTA--Mata uang rupiah berpeluang melanjutkan penguatan dalam sepekan ini seiring dengan belum pulihnya dolar AS. Mata uang Garuda diprediksi bergerak dalam kisaran Rp13.200-Rp13.450 per dolar AS.
Rupiah mengakhiri perdagangan Jumat (6/1) dengan pelemahan tipis 0,03% atau 4 poin ke posisi Rp13.371 per dolar AS setelah diperdagangkan pada kisaran Rp13.323 – Rp13.395 per dolar AS. Kurs tengah dipatok Rp13.347 per dolar AS.
Dalam sepekan kemarin, mata uang Garuda berhasil meningkat 102 poin atau 0,76%. Tahun lalu, rupiah berhasil tumbuh 2,28% menjadi Rp13.473 per dolar AS.
Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, menyampaikan dari sisi internal membaiknya data inflasi menstimulasi penguatan rupiah pada pekan lalu.
Badan Pusat Statistik mencatat indeks harga konsumen naik sebesar 0,42% secara bulanan (month on month/mom) pada Desember 2016, sehingga akumulasi inflasi Januari - Desember mencapai 3,02% secara tahunan (year on year/yoy). Ini merupakan pencapaian terendah sejak 2009 sejumlah 2,78%.
Adapun dari sisi eksternal, mata uang domestik mendapatkan tenaga dari koreksi dolar akibat rilis risalah rapat The Fed atau Federal Open Market Commite (FOMC) Minutes tanggal 13-14 Desember 2016 yang dilansir Rabu (4/1) waktu setempat.
FOMC Minutes menyebutkan PDB AS 2017 sebesar 2,1%, tumbuh tipis dari 2016 sebesar 1,9%. Angka tersebut jauh di bawah target Presiden AS Donald Trump yang mengatakan PDB Paman Sam akan tumbuh 4% pada tahun ayam api.
"Proyeksi PDB yang lebih rendah mengecewakan pasar, sehingga melepas dolar AS dan membantu penguatan rupiah," ujarnya kepada Bisnis.com akhir pekan lalu.
Di sisi lain, proyeksi ekonomi dari FOMC Minutes membuat ekspektasi pasar terhadap pengerekan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2017 kian meragukan. The Fed terakhir menaikan suku bunga pada Desember 2016 sebesar 25 basis poin menjadi 0,5%-0,75%.
Namun, menjelang penutupan perdagangan akhir pekan, indeks dolar AS bergerak cenderung mixed setelah rilis data Non-Farm Payrolls (NFP). Pertumbuhan tenaga kerja periode Oktober direvisi turun menjadi 135.000 dari 142.000, sedangkan periode November direvisi naik menuju 204.000 dari 178.000.
Adapun data NFP Desember hanya sebesar 156.000, di bawah ekspektasi konsensus senilai 175.000. Ini memberikan sentimen negatif terhadap dolar AS.
Dolar mendapatkan tenaga baru setelah rilis data pendapatan tenaga kerja bulanan atau Average Hourly Earnings mom periode Desember yang tumbuh 0,4% dibandingkan November sebesar -0,1%. Data ini merupakan penilaian awal terkait inflasi tenaga kerja.
Sementara klaim pengangguran sesuai perkiraan konsensus sebesar 4,7%. Namun, angka ini naik dari November sebesar 4,6%.
Pada penutupan perdagangan Jumat (6/1), dolar AS naik 0,7 poin ata 0,69% menjadi 102,22. Menurut Putu, peningkatan dolar yang masih tipis membuat koreksi terhadap rupiah juga terbatas.
Untuk pekan depan, dia memprediksi pergerakan rupiah baru terjadi secara signifikan pada Kamis (13/1) dan Jumat (14/1) setelah rilis sejumlah data ekonomi AS seperti klaim pengangguran, penjualan ritel, dan pidato pejabat The Fed.
"Dari dalam negeri belum terlihat faktor-faktor penggerak rupiah, sehingga pergerakan secara signifikan baru terlihat pada akhir pekan nanti setelah rilis sejumlah data AS," paparnya.
Putu memprediksi pada pekan depan rupiah berpeluang menguat dengan rentang harga Rp13.200-Rp13.450 per dolar AS. Pergerakan di awal pekan masih bergantung kepada data tenaga kerja AS yang rilis Jumat lalu.
Andri Hardianto, analis Asia Trade Point Futures, menuturkan pekan depan rupiah berpeluang menguat dengan kisaran harga Rp13.200-Rp13.400 per dolar AS akibat laporan tenaga kerja NFP yang mengecewakan. Selain itu, investor masih mengkhawatirkan angka PDB AS kuartal IV/2016.
Rupiah juga mendapatkan tenaga dari harga minyak yang stabil di atas level US$52 per barel. Pada penutupan perdagangan Jumat (6/1), harga minyak WTI naik 0,43% atau 0,23 poin menuju US$53,99 per barel.
"Rupiah memiliki potensi menguat sepekan ke depan karena pelemahan dolar dan kondisi makro Indonesia secara umum yang terkendali," tuturnya.