Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar Amerika Melemah, Ini Penyebabnya

Kurs dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada Jumat atau Sabtu (17/12/2016) pagi WIB, setelah investor mengambil keuntungan dari kenaikan baru-baru ini.
Karyawan menghitung pecahan uang dolar Amerika di Jakarta./Antara
Karyawan menghitung pecahan uang dolar Amerika di Jakarta./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Kurs dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada Jumat  atau Sabtu (17/12/2016) pagi WIB, setelah investor mengambil keuntungan dari kenaikan baru-baru ini.

Pada sesi sebelumnya, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, menyentuh tingkat tertinggi 14 tahun di 103,320 selama sesi, di tengah keputusan kenaikan suku bunga Federal Reserve dan ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga lebih banyak pada tahun depan, lapor Xinhua.

Mengingat realisasi dan ekspektasi kondisi-kondisi pasar tenaga kerja dan inflasi, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan untuk menaikkan target suku bunga federal funds ke kisaran 0,50 persen hingga 0,75 persen, kata the Fed dalam sebuah pernyataan setelah mengkhiri pertemuan kebijakan dua hari, Rabu (14/12).

The Fed juga merilis proyeksi-proyeksi ekonominya yang diperbarui, yang menunjukkan bahwa bank sentral memperkirakan tiga kenaikan suku bunga pada tahun depan, sementara dalam proyeksinya pada September, para pejabat the Fed memperkirakan hanya dua kenaikan suku bunga pada 2017.

Indeks dolar turun 0,12 persen menjadi 102,900 pada akhir perdagangan Jumat, di tengah aksi ambil untung menjelang akhir pekan.

Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0438 dolar dari 1,0415 dolar, dan pound Inggris naik menjadi 1,2487 dolar dari 1,2423 dolar. Dolar Australia turun menjadi 0,7299 dolar dari 0,7354 dolar.

Dolar dibeli 117,91 yen Jepang, lebih rendah dari 118,13 yen di sesi sebelumnya. Dolar turun tipis menjadi 1,0270 franc Swiss dari 1,0313 franc Swiss, dan merosot menjadi 1,3344 dolar Kanada dari 1,3358 dolar Kanada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper