Bisnis.com, JAKARTA - Harga bijih besi melanjutkan reli setelah berhasil menembus level US$90 per ton seiring dengan meningkatnya permintaan China. Tren positif ini diprediksi berlanjut sampai dengan awal 2017.
Pada penutupan perdagangan Kamis (8/12/2016) harga bijih besi untuk kontrak Mei 2017 di bursa Dalian naik 1,04% atau 6,5 poin menjadi 634,5 yuan (US$92,26) per ton. Ini merupakan level tertinggi baru sepanjang 2016.
Kash Kamal, analyst at Sucden Financial Ltd., mengatakan reli bijih besi selama empat kuartal berturut-turut menunjukkan pendakian terbaik sejak 2010. Harga pun kini mencapai level tertinggi dalam dua tahun terakhir.
"Reli bijih besi didukung oleh kombinasi dari meningkatnya selera pasar terhadap aset berisiko dan stimulus China untuk memacu pembangunan," tuturnya seperti diktutip dari Bloomberg, Kamis (8/12).
Adanya upaya pembangunan lebih lanjut menaikkan proyeksi pertumbuhan penyerapan bijih besi. Selain itu, rencana Presiden AS Donald Trump memacu infrastruktur disambut baik oleh pasar.
Harga bijih besi berpotensi mendapatkan tantangan serius dengan sejumlah indikator peningkatan pasokan. Stok di pelabuhan China misalnya sudah melebihi 110 juta ton atau level tertinggi sejak 2014.
Diperkirakan harga bergerak konsolidasi pada awal 2017 seiring dengan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada tanggal 28 Januari. Pasalnya, ketika menembus US$70 per ton, harga lebih didominasi oleh aksi beli investor.
Data impor China menunjukkan tingkat penyerapan bijih besi konsumen terbesar di dunia ini masih bertumbuh. Dalam 11 bulan pertama 2016, impor meningkat 9,2% (year on year/yoy) menuju 935 juta ton. Adapun penyerapan pada November sebesar 92 juta ton.
JP Morgan memaparkan rerata harga bijih besi pada 2017 senilai US$60 per ton. Asumsi yang mendasarinya ialah produksi baja domestik yang tumbuh 1,5% yoy menuju 824 juta ton, dan permintaan bijih besi global naik 2,1% menjadi 43 juta ton.