Bisnis.com, JAKARTA — PT Budi Starch and Sweetener Tbk. menganggarkan belanja modal Rp200 miliar untuk ekspansi kapasitas produksi dan perawatan alat produksi pada 2017.
Mawarti Wongso, Direktur Keuangan Budi Starch and Sweetener, mengatakan dari total anggaran belanja modal tersebut, Rp100 miliar akan digunakan untuk perawatan kapasitas produksi di 21 pabrik yang dimiliki perseroan.
Saat ini, perseroan memiliki empat pabrik sweetener, 15 pabrik tepung tapioka dan dua pabrik karung pelastik yang tersebar di 15 lokasi di Indonesia. Adapun sekitar Rp60 miliar akan digunakan untuk ekpansi pabrik maltodextrin yang berlokasi di Lampung sebesar 18.000 ton.
Sisanya, Rp40 miliar untuk ekspansi pabrik fruktosa yang berlokasi di Krian, Jawa Timur sebesar 36.000 ton. Maltodextrin dan fruktosa merupakan bahan baku dari sweetener.
“Kalau yang Rp100 miliar itu untuk maintenance semua pabrik yang kami miliki. Adapun yang ekspansi tersebut hanya penambahan di dua pabrik sweetener dan bukan pabrik baru,” katanya, Jumat (11/11/2016).
Menurutnya, anggaran belanja modal tersebut akan berasarl dari kas internal perseroan dan pinjaman bank. Dia belum bisa memastikan persentase belanja modal dari bank maupun dari kas perseroan. Namun dia mengatakan jika sumber belanja modal harus dari pinjaman bank, persentasenya maksimal 70% dari total yang dianggarkan.
Sebelumnya, untuk tahun ini perseroan bersandi saham BUDI tersebut menganggarkan belanja modal mencapai Rp180 miliar. Mawarti menyebut, hingga akhir tahun yang akan terserap di kisaran Rp165 miliar.
Adapun pada periode Januari-September 2016 perseroan telah merealisasikan belanja modal sekitar Rp140 miliar yang terserap untuk perawatan kapasitas produksi di semua pabrik dan akuisisi pabrik tapioka di Jawa Timur.
Sementara itu, minilik kinerja keuangan perseroan sepanjang sembilan bulan di tahun ini, pendapatan mencapai Rp1,9 triliun naik sekitar 13,13% dari periode yang sama tahun lalu Rp1,68 triliun. Laba bersih perseroan pun naik pesat dari 15,2 miliar menjadi Rp30,1 miliar.
Dengan pencapaian tersebut pihaknya optimistis dapat membukukan target pendapatan yang dipatok tahun ini yang mencapai Rp2,7 triliun. Menurutnya, hingga tutup tahun 2016 perseroan diproyeksikan membukukan laba bersih hingga Rp40 miliar.
Sebagai gambaran, pada tahun lalu pendapatan perseroan mencapai Rp2,37 triliun dengan laba bersih Rp19,6 miliar.