Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BURSA SHANGHAI: Harga Kontrak Tembaga Menguat

Pembaikan ekonomi China dan tinggi ekspansi di Negeri Tirai Bambu tersebut telah membuat harga tembaga berjangka kian menguat.
Tembaga/Reuters
Tembaga/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pembaikan ekonomi China dan tingginya ekspansi di Negeri Tirai Bambu tersebut telah membuat harga tembaga berjangka kian menguat.

Analis Natixis Bernard Dahdah mengungkapkan produsen tembaga di dunia yakni China dan Chile telah mengalami kontraksi pada paruh pertama tahun ini masing-masing 5,4% dan 0,5% secara year on year. Selain itu, permintaan tembaga pada 2016 diperkirakan akan meningkat, apalagi Peru tengah melakukan mega proyek yang membutuhkan komponen tembaga dalam jumlah besar.

Pada perdagangan bursa Shanghai, Senin (19/9/2016), nilai tembaga pada kontrak November 2016 mencapai level 37.240 yuan per ton, atau meningkat 130 poin atau 0,35%. Sementara itu, kinerja tembaga berjangka pada sepanjang tahun berjalan mencapai meningkat 2,96%.

Bernard pun menyampaikan bahwa biaya penambangan secara global dalam tren menurun selama beberapa tahun terakhir karena penurunan harga energi, depresiasi mata uang serta pergeseran fokus pembiayaan kian berkurang ke sektor pertambangan.

Perlambatan ekonomi China, ungkap Bernard telah menyebabkan penurunan harga tembaga.  Kondisi tersebut pun langsung berdampak terhadap kinerja logam, sebab China menyumpang setengah dari permintaan logam di dunia.

Sepanjang tahun ini, dia menilai harga tembaga akan masuk dalam zona stabil sebab pasar saham China tengah pulih, dari kondisi yang sempat mencatatkan kerugian pada awal 2016. Selain itu, pemerintah juga telah melakukan langkah-langkah untuk menstabilkan pasar tembaga.

Adapun hasil dan kapasitas pertambangan global masing-masing meningkat 3,7% dan 2,7% setiap tahun, sepanjang 2010--2015. Hasil penambangan tembaga juga mencatatkan peningkatan yang lebuh tinggi, dalam lima tahun terakhir.

Dia meyebutkan pada 2010 dan 2015, harga tembaga sempat jatuh dan menyebabkan penghentian produksi sebab biaya tambang yang kian tinggi. Seperti diketahui, mayoritas negara yang menjadi produsen tembaga berasal dari China, Peru dan Amerika Serikat.

Kondisi itu telah membuat China mengalami penurunan produksi year on year 4,3% pada 2015 dan Amerika Serikat juga mencatatkan penurunan produksi. Adapun Peru mencatatkan kondisi yang berada pada 2015, yaitu peningkatan produksi 24% secara year on year.

Natixis mencatatkan penurunan harga tembaga telah mempengaruhi margin penambangan tembaga dan menyebabkan penangguhan beberapa pertambangan dengan biaya tinggi, dengan tujuan untuk mengurangi utang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper