Bisnis.com, LONDON--Organisasi Negara Pengekspor Minyak mengindikasikan terjadinya peningkatan surplus minyak mentah pada 2017 dipicu negara-negara non-anggota OPEC yang terus menghasilkan produksi.
Berdasarkan laporan bulanan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang terbit pada Senin (12/9/2016), lembaga tersebut menaikkan proyeksi pasokan minyak dari negara-negara non-anggota pada 2017.
Hal itu dipicu tersedianya ladang minyak baru yang kembali beroperasi dan area pengeboran AS yang terbukti lebih tangguh dari harapan untuk menyediakan minyak mentah murah, menunjukkan potensi surplus yang lebih besar di pasar tahun depan.
“Permintaan minyak mentah dari OPEC akan rerata 32,48 juta barel per hari [bph] pada 2017 atau turun 530.000 bph dari perkiraan sebelumnya,” Demikian tertulis dalam laporan bulanan OPEC seperti dikutip Reuters, Selasa (13/9/2016).
Prospek surplus yang lebih besar dari ekspektasi menambah tantangan negara-negara anggota dan non-anggota OPEC seperti Rusia, yang membuat upaya terbaru untuk menahan pasokan.
Minyak LCOc1 diperdagangkan pada US$47 per barel, separuh dari levelnya pada pertengahan 2014, dipicu tingginya pasokan yang diharapkan OPEC bahwa minyak murah akan menghalau komoditas sekitarnya.
OPEC merevisi naik perkiraan pasokan minyaknya pada 2016, dan pasokan negara non-OPEC pada 2017, mengutip faktor termasuk kembali beroperasinya ladang minyak Kazakhstan milik perusahaan nasional Kashagan.
"Diharapkan akan ada produksi negara non-OPEC yang lebih tinggi pada paruh kedua 2016 dibandingkan dengan semester pertama," terungkap dalam laporan yang dirilis OPEC.
OPEC memperkirakan pasokan minyak dari negara non-OPEC akan naik menjadi 200.000 bph pada 2017, dibandingkan proyeksi sebelumnya yang lebih rendah yakni 150.000 bph. Revisi itu sebagian besar disebabkan Kashagan, ladang raksasa lama yang tertunda dan akhirnya kini mulai berproduksi.
Sementara itu, perkiraan produksi tahun ini direvisi menjadi 180.000 bph. OPEC sendiri terus berproduksi mendekati level multitahun yang tinggi pada Agustus, menghasilkan 33,24 juta bph atau menyusut 23.000 bph dari angka Juli 2016. Laporan tersebut menurut angka OPEC yang dikumpulkan dari sumber sekunder.
Produksi Juli tercatat yang tertinggi setidaknya sejak 2008, menurut penelusuran Reuters terhadap laporan OPEC sebelumnya.
Produksi OPEC yang mendekati rekor, dan pasokan yang lebih tinggi dari negara non-anggota, bisa membuat OPEC dan Rusia lebih sulit untuk hadir membawa langkah untuk mendukung pasar.
Untuk itu, produsen diharapkan melakukan pertemuan di Aljazair di sela-sela Forum Energi Internasional pada 26-28 September mendatang.
Upaya para produsen untuk menyetujui pembekuan produksi pada April gagal karena Iran, yang ingin meningkatkan ekspor minyak yang sebelumnya pernah tertahan oleh sanksi-sanksi Barat, menolak untuk bergabung. Tak hanya itu, Arab Saudi juga menuntut seluruh produsen mengambil bagian.
Pada 2016, angka produksi Agustus setidaknya menunjukkan setidaknya tak ada peningkatan besar pasokan lebih lanjut oleh produsen utama OPEC. Seperti laporan sebelumnya, Arab Saudi mengatakan OPEC mengalami kekurangan produksi menjadi 40.000 bph dari rekor tertinggi pada Juli yakni 10,67 juta bph.
Iran mengatakan OPEC memproduksi 3,63 juta bph, stabil dari level Juli yang tercatat 3,62 juta bph, sebuah perlambatan pertumbuhan lebih awal pada tahun setelah pencabutan sanksi pada Januari 2016.
Laporan OPEC berhenti memprediksi penyusutan produksi ketika pasokan dan permintaan akan mengalami keseimbangan kembali, meskipun dikatakan tanda-tanda permintaan yang lebih tinggi dari perkiraan oleh beberapa konsumen besar akan berkontribusi sebagai ‘pengurang keseimbangan fundamental pasar’ dalam beberapa bulan mendatang.
Pada awal 2016, OPEC mengharapkan sebuah keseimbangan terjadi pada tahun ini. Dengan permintaan minyak mentah OPEC pada 2017 yang diperkirakan rata-rata 32,48 juta bph, laporan menunjukkan akan ada surplus dengan rerata 760.000 bph jika produksi OPEC terus stabil.
Dalam laporan tersebut, OPEC tidak membuat perubahan prospek permintaan global, yakni tetap pada angka semula sebesar 1,15 juta bph pada 2017.