Bisnis.com, JAKARTA - Revisi penawaran perdana saham (initial public offering/IPO) perusahaan di lantai bursa oleh PT Bursa Efek Indonesia menjadi 25 emiten dinilai berat untuk dicapai.
Ekonom Prasetya Mulya School of Business and Economic Lukas Setia Atmadja, menilai target anyar yang dibidik BEI sebanyak 25 emiten untuk IPO tahun ini terbilang berat.
Terlebih, tahun ini hanya tersisa 4 bulan bila dibandingkan dengan proses panjang IPO yang harus dilalui calon emiten.
"Calon emiten juga harus proses di OJK, indeks memang sedang bagus dibandingkan dengan tahun lalu atau awal tahun. Kondisi bullish bisa membuat harga jual IPO tinggi, tapi tidak bisa mendadak," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (5/9/2016).
Menurut dia, otoritas pasar modal harus memberikan insentif kepada calon perusahaan publik. BEI diharapkan dapat memperbesar insentif ketimbang disinsentif yang dapat diperoleh calon emiten bila menggelar IPO.
Penambahan jumlah emiten di lantai bursa Tanah Air terbilang sangat lambat. Saat ini, jumlah emiten yang telah mencatatkan saham di BEI mencapai 534 perusahaan.
BEI diharapkan dapat memberikan kemudahan perijinan dan memberikan sosialisasi manfaat IPO. Rencana OJK untuk membuat papan transaksi di bawah papan pengembangan dinilai positif bagi calon emiten, terutama usaha kecil menengah (UKM).
Pada perdagangan Senin (5/9/2016), Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 0,06% sebesar 3,49 poin ke level 5.356,95 dengan lonjakan 16,63% year-to-date. Penguatan IHSG sejak awal tahun kembali menjadi capaian tertinggi di dunia dengan menggeser bursa Thailand sebesar 16,22%.