Bisnis.com, JAKARTA--Harga minyak diprediksi tertekan akibat proyeksi rencana kesepakatan pembekuan produksi OPEC menemui jalan buntu. Di sisi lain, stok mingguan minyak Amerika Serikat bakal bertambah, sehingga semakin menyesakkan pasar yang mengalami surplus suplai.
Pada perdagangan Rabu (24/8/2016) pukul 17:21 WIB harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Oktober 2016 turun 0,77 poin atau 1,6% menjadi US$47,33 barel. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Oktober 2016 merosot 0,52 poin atau 1,04% menjadi US$49,45 per barel.
American Petroleum Institute (API) memerkirakan persediaan mingguan minyak AS pada pekan kemarin meningkat sebesar 4,46 juta barel. Data stok resmi dari negara produsen sekaligus konsumen minyak terbesar di dunia itu baru dirilis Rabu (24/8) waktu setempat.
Data U.S. Energy Information Administration (EIA) yang dirilis Rabu (17/8) menunjukkan stok minyak mentah AS per Jumat (12/8) menurun 2,5 juta barel atau 0,48% menuju 521,093 juta barel dari pekan sebelumnya. Tingkat pasokan tersebut merupakan posisi terendah sejak pertengahan Juli 2016.
Berbanding terbalik, tingkat produksi mingguan AS naik 152.000 barel per hari menjadi 8,597 juta barel per hari. EIA memperkirakan penyedotan minyak mentah Paman Sam pada 2016 turun 7,42% menjadi 8,73 juta barel per hari dibandingkan tahun sebelumnya.
EIA memprediksi stok minyak Paman Sam akan turun pada musim panas hingga mendekati Hari Buruh pada 5 September 2016.
National Bank of Abu Dhabi dalam publikasi risetnya, Rabu (24/8), menyampaikan minyak mentah Brent melonjak melewati US$50 per barel setelah diperdagangkan secara ketat di rentang US$48,6-US$49 per barel.
Adapun sentimen positif yang paling memengaruhi ialah informasi kemungkinan Iran bergabung dalam pembatasan produksi pada pertemuan informal OPEC di Aljazair.
Meskipun demikian, harga tidak bisa bertahan lama sehingga turun ke US$49,4 per barel di perdagangan Asia pada awal sesi pagi. Iran merupakan produsen ketiga terbesar OPEC dan terus memacu produksi sejak sanksi ekspor dicabut pada Januari 2016.
Selain itu, Irak menyatakan bakal tetap meningkatkan produksi minyak. Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi menuturkan, negaranya belum akan mengikuti pembatasan produksi dalam pertemuan bulan depan.
"Alasannya, 90% belanja publik Irak berasal dari penjualan minyak," papar riset. Saat ini, Irak menghasilkan minyak mentah sebanyak 4,6 juta barel per hari.