Bisnis.com, TOKYO – Pergerakan bursa saham Asia dilaporkan melemah dari level tertingginya dalam setahun pada perdagangan pagi ini, Senin (15/8/2016), di tengah kekecewaan terhadap data ekonomi di Jepang dan AS yang membatasi permintaan terhadap aset berisiko bahkan meski dengan rebound minyak mentah.
Indeks MSCI Asia Pacific turun 0,4% ke 139,40 pada pukul 09.07 pagi waktu Tokyo dan lanjut turun 0,4% pada pukul 09.26 pagi waktu Tokyo (07.26 WIB), tertekan oleh saham perusahaan pertambangan pasca kemerosotan harga nikel sebesar 4% yang menekan indeks London Metal Exchange Metals Index.
Seperti dilansir Bloomberg hari ini, para investor terombang-ambing atas prospek ekonomi global dengan adanya bukti pertumbuhan yang tidak merata pada negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut.
Data penjualan ritel AS yang stagnan serta penurunan tak terduga dalam harga grosir turut meyebabkan tertutupnya kemungkinan penaikan suku bunga oleh The Fed.
“Ekonomi AS mungkin kehilangan sedikit momentum dalam perjalanan kenaikannya. Angka yang lemah juga berarti surutnya perhatian akan pengetatan,” ujar Shoji Hirakawa, Kepala Strategi Global Tokai Tokyo Research Center.
Di sisi lain, Jepang membukukan ekspansi tahunan untuk kuartal kedua sebesar hanya 0,2%, di bawah proyeksi para ekonom sebesar 0,7%.
Para pejabat di negara dengan dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut berjuang untuk memacu pertumbuhan harga di antaranya melalui tingkat suku bunga negatif bank sentral Jepang dan program pembelian aset yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sementara itu, indeks Topix Jepang dilaporkan turun 0,2%. Indeks S&P/ASX 200 Australia melemah 0,2% dan indeks S&P/NZX 50 New Zealand naik 0,1%.