Bisnis.com, JAKARTA - Imbal hasil saham PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. (BEKS) yang sebelumnya bernama PT Bank Pundi Indonesia Tbk. melesat hingga 437,24% selama setahun terakhir dan 528,47% sejak awal tahun.
Benarkah saham ini sengaja "digoreng" untuk modal Sandiaga Uno maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta?
Sandiga Salahuddin Uno memutuskan untuk mundur dari kursi panas sebagai pebisnis. Dia melepas seluruh jabatan struktural dalam perusahaan-perusahaan yang selama ini dikendalikannya.
Dia memutuskan untuk berlabuh ke dunia politik dengan bergabung ke Partai Gerakan Indonesia Raya. Pria yang akrab disapa Sandi itu kini akan bertarung sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017.
"Kalau di politik harus banyak-banyak berjanji, kalau di bisnis tidak boleh sembarangan berjanji," kata Sandiaga Uno saat berbicang dengan Bisnis.com ketika datang dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) belum lama ini.
Menjelang pencalonan Sandi menduduki kursi B-1, perusahaan yang dimilikinya PT Recapital Securities memutuskan untuk menjual kepemilikan saham di dalam PT Bank Pundi Indonesia Tbk. (BEKS).
Manajemen Bank Pundi menggelar penawaran umum terbatas IV (PUT) dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue. BEKS menerbitkan 35,4 miliar lembar saham baru dengan nominal Rp18 per lembar dan eksekusi Rp18,35 per saham.
Recapital Securities membuat perjanjian dengan PT Banten Global Development milik Provinsi Banten. Recapital tidak akan menyerap rights issue BEKS dan mengalihkan haknya kepada BGD dan PT MNC Kapital Indonesia Tbk. (BCAP).
Bila seluruh HMETD yang ditawarkan tidak dilaksanakan seluruhnya oleh pemegang saham, dan masuknya BGD dan BCAP sebagai pemegang saham baru, serta Green Resources International Limited (GRIL) dan RCS sebagai pembeli siaga, maka terjadi perubahan struktur saham seri B perseroan.
Recapital Securities menggenggam 8,78%, Green Resources (16,27%), MNC Kapital Indonesia (12,55%), dan Banten Global Development (37,64%). BEKS mengantongi dana hasil rights issue mencapai Rp649,89 miliar.
Dana hasil rights issue akan digunakan untuk ekspansi kredit sebesar 80%. Sisanya sebesar 20% digunakan untuk pembayaran utang BEKS kepada PT Green Resources International Limited (GRIL) melalui konversi hak tagih dengan kewajiban GRIL sebagai pembeli siaga rights issue maksimum Rp129,63 miliar.
INFO: Rayakan HUT ke-71 RI, Bisnis Indonesia Gelar Diskon Epaper hingga 71%
Sumber Bisnis.com yang juga pelaku pasar membisikkan bahwa saham BEKS yang terus melonjak itu "digoreng" demi keuntungan sejumlah pihak. Bahkan, dia menengarai keuntungan dari pengerekan saham BEKS bakal digunakan untuk maju dalam Pilkada DKI-1.
"Recapital itu juragan Repo-nya Bakrie, pemiliknya itu Sandiaga Uno. Ini dikerek supaya pemilik rights menebus haknya. Apakah modal untuk Pilkada?," ujar Sumber tersebut yang enggan disebutkan namanya, Rabu (10/8/2016).
Dia tidak mengetahui kenaikan harga saham BEKS akan berlangsung sampai kapan. Paling tidak, lonajakan harga saham BEKS bakal terjadi minimum hingga penebusan harga rights issue.
Harga teoritis pre opening pada Senin (8/8/2016) saham BEKS senilai Rp39 per lembar. Hingga Rabu (10/8/2016), saham BEKS telah melonjak 210,26% sejak harga teoritis sesuai harga eksekusi rights issue.
"Dikesankan, Pemda Banten sangat beruntung membeli BEKS," tutur sumber itu lagi.
Setelah mengumumkan rights issue, manajemen Bank Pundi kemudian meresmikan perubahan nama setelah masuknya BGD sebagai pemegang saham pengendali. PT Bank Pundi Indonesia Tbk. berganti merek menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Baten Tbk.
Keberadan BPD Banten, menambah jumlah bank milik Pemda yang melantai di pasar modal. Sebelumnya, PT BPD Jawa Barat & Banten Tbk. (BJBR), dan PT BPD Jawa Timur Tbk. (BJTM).
Bila dibandingkan, price to earning ratio (PE) masing-masing BPD Banten tidak disebutkan oleh Bloomberg, BPD Jabar & Banten 9,43 kali, BPD Jatim 10,36 kali. Kapitalisasi pasar BEKS Rp4,93 triliun, BJBR Rp15,61 triliun, dan BJTM Rp9,55 triliun.
Pada perdagangan Rabu (10/8/2016), saham BEKS kembali menjadi top gainers dengan lonjakan 34,44% ke level Rp121 per lembar saham. Bahkan, saham BEKS menjadi top gainers dalam tiga hari berturut-turut.
Dalam lima hari terakhir, saham BEKS melesat 218,42% dari Rp38 per lembar. Kemarin, saham BEKS kembali meroket 34,44% sebesar 31 poin ke level Rp121 per lembar.
Bahkan, pada penutupan perdagangan hari tersebut menjadi level tertinggi saham BEKS selama 52 pekan terakhir. Selama sehari, saham BEKS ditransaksikan sebanyak 547 juta lembar.
Imbal hasil saham BEKS pun melesat hingga 437,24% selama setahun terakhir dan 528,47% sejak awal tahun. Kapitalisasi pasar saham BEKS hingga terakhir perdagangan mencapai Rp4,9 triliun.
Saham BEKS juga terkena auto rejection akibat perubahan harga yang melebihi batas persentase pergerakan harian. Auto rejection pada saham BEKS terjadi dalam tiga hari berturut-turut.
Irvan Susandy, Kepala Pengawasan Transaksi PT Bursa Efek Indonesia, menuturkan telah terjadi peningkatan harga saham BEKS yang di luar kebiasaan (unusual market aktivity/UMA).
"Sehubungan dengan terjadinya UMA atas saham BEKS tersebut, perlu kami sampaikan bahwa Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini," katanya.
Bila ditelusuri lebih lanjut, sejak penutupan perdagangan Rabu (3/8), PT Daewoo Securities Indonesia tercatat menjadi broker paling banyak bertransaksi di saham BEKS. Daewoo melakukan transaksi hingga Rp87,28 miliar.
Disusul oleh PT Valbury Asia Securities Indonesia senilai Rp54,63 miliar dan PT Mandiri Sekuritas senilai Rp48,99 miliar. Kemarin, Valbury menjadi broker paling banyak bertransaksi di saham BEKS hingga Rp25,71 miliar. Jadi, siapakah yang paling diuntungkan akibat kenaikan harga saham BEKS?
Senior Market & Technical Analyst PT KDB Daewoo Securities Indonesia Heldy Arifien menjelaskan, rights issue BEKS itu ibarat Pemprov Banten backdoor listing. "Harga wajar BEKS itu Rp100 per lembar," jelasnya.
Saat dimintai konfirmasi, Research Analyst PT Recapital Securities Andrew Argado tidak bersedia mengomentari transaksi saham BEKS yang melonjak tajam. Dia juga enggan berkomentar soal "goreng" saham maupun aliran dana untuk Sandiaga Uno.
"Saya tidak bisa berkomentar karena masih grup kami," tuturnya melalui sambungan telepon.