Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PMI Inggris Buruk, Pound Sterling Kembali Melemah

Mata uang pound sterling kembali melemah setelah rilis data PMI Inggris yang mengecewakan sebagai perpanjangan efek negatif Brexit.
Pound sterling. /Reuters
Pound sterling. /Reuters

Bisnis.com,JAKARTA--Mata uang pound sterling kembali melemah setelah rilis data PMI Inggris yang mengecewakan sebagai perpanjangan efek negatif Brexit.

Penguatan dolar juga semakin menekan kinerja poundsterling (GBP). Mata uang Inggris ini menurun dalam lima sesi perdagangan terakhir. Pada Selasa (9/8) pukul 17:39 WIB, GBP tergelincir 0,5% menuju ke 1,2975 per dolar AS.

Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM, mengatakan GBP mengalami pukulan pada pekan lalu setelah Bank of England (BoE) memutuskan memangkas suku bunga ke rekor level terendah, yaitu 0,25%. Upaya ini bertujuan menciptakan stabilitas ekonomi pasca Brexit.

Sentimen terhadap mata uang Inggris sudah bearish sebelum keputusan Brexit pada 24 Juni 2016. Adanya ketidakpastian situasi mengakibatkan berbagai kejutan negatif yang membebani perekonomian dalam negeri.

Namun demikian, pelemahan GBP dapat bertahan seiring dengan meningkatnya ekspektasi langkah BoE untuk mendorong ekonomi Inggris.

Pada Senin (8/8), data PMI regional yang tidak terlalu menggembirakan memperlihatkan adanya perlambatan serius di awal kuartal tiga. Hal tersebut turut menjadi tekanan tersendiri bagi GBP.

PMI Inggris periode Juli 2016 menjadi 47,4 merosot dari sebelumnya 52,5. Aktivitas bisnis juga menurun menuju 44,4, sehingga menambah kekhawatiran tentang perlambatan momentum ekonomi.

"GBP masih terus melemah di pasar valas. Data domestik yang berulang kali mengecewakan juga dapat mendorong investor jual untuk mengadakan aksi jual besar-besaran," tuturnya dalam publikasi riset, Selasa (9/8/2016).

Dari sudut pandang teknikal, nilai tukar pound seterling terhadap dolar (GBP-USD) masih bearish. Penurunan harga ke bawah 1,31 dapat membuka jalan menuju 1,28.

Janu Chan, senior economist St. George Bank Ltd., menyampaikan pound jatuh dalam lima hari berturut-turut setelah BoE meningkatkan pembelian obligasi untuk memulihkan perekonomian negeri pasca keluar dari Uni Eropa. Kondisi ini semakin menguatkan posisi dolar, sekaligus menekan GBP.

Selain memangkas suku bunga, BoE juga diperkirakan meningkatkan pembelian obligasi menjadi 435 miliar pound sterling dari sebelumnya 60 miliar pound sterling (US$78 miliar) mulai minggu ini. Pada hari pertama, diperkirakan pembelian mencapai 1,17 miliar pound.

National Bank of Abu Dhabi atau NBAD dalam publikasi risetnya memaparkaan, pound semakin tertekan setelah komentar dari Ian McCafferty, Monetary Policy Committee BOE. McCafferty dalam tulisannya di majalah Times memaparkan suku bunga BoE dapat dipotong lebih lanjut dan pelonggaran kuantitatif dapat dinaikkan.

"Dengan adanya sentimen dari AS dan Inggris sendiri, mata uang GBP dapat sedikit menurun pada Agustus," tulisnya.

Micaella Feldstein, analis Natixis, menuturkan secara teknikal harga harian GBP berkisar 1,298-1,3 per dolar AS. Penurunan di bawah ambang batas ini akan membuka potensi pemerosotan (downside) lebih lanjut. Adapun level resistance berada di antara 1,3177-1,3193, yakni 1,336, 1,342, 1,35, dan 1,3652.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper