Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat setelah upaya kudeta militer yang gagal di Turki, yang merupakan titik transit utama minyak mentah dari Rusia dan Irak ke Laut Mediterania.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman September berada di naik 10 sen ke US$47,71 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London pada 06.44 waktu Hong Kong. Minggu lalu, Brent mencapai US$48,25 pada hari Jumat.
Sementara itu, minyak mentah WTI untuk pengiriman Agustus melemah 3 sen menjadi US$ 45,92 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga ditutup naik 0,6% ke US$45,95 per barel pada hari Jumat, sebelum mencapai US$46,33 dalam perdagangan after-market di tengah berita adanya kudeta.
Presiden Recep Tayyip Erdogan kembali ke Istanbul pada Sabtu dan memerintahkan pembalasan besar-besaran atas usaha kudeta
"Jelas ada kekhawatiran pada situasi ini," kata Ric Spooner, kepala analis CMC Markets, seperti yang dikutip dari Bloomberg.
Selat-selat di Turki, termasuk selat Bosphorus dan Dardanelles, adalah salah satu titik transit utama dunia untuk minyak mentah, dengan lalu lintas sekitar 2,9 juta barel minyak per hari pada 2013, berdasarkan data terakhir yang tersedia dari badan administrasi energi AS
Turki juga merupakan lokasi pipa pengangkut minyak mentah dan kondensat dari negara-negara termasuk Irak dan Azerbaijan ke pelabuhan Ceyhan, Laut Mediterania, di Turki selatan.
Seperti yang dilansir Bloomberg BP Plc, operator pipa Baku-Tbilisi-Ceyhan dari Azerbaijian melalui Georgia, menegaskan bahwa tidak ada gangguan pasokan minyak yang terjadi.