Bisnis.com, JAKARTA--Langkah Bank of England mempertahankan suku bunga dan perbaikan kondisi politik Inggris memicu penguatan pound sterling. Meskipun demikian, GBP rentan tertekan karena faktor fundamental masih lemah setelah Britania Raya memutuskan berpisah dari Uni Eropa.
Pada penutupan perdagangan Jumat (15/7/2016), pasangan GBP-USD terkoreksi 1,13% menjadi 1,3192 per dolar AS. Sebelumnya, pound menguat 1,49% di level 1,3343 per dolar AS.
Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM, menuturkan Bank of England (BoE) mengejutkan pasar global pada pertemuan Kamis (14/7/2016) dengan keputusan mempertahankan suku bunga. Pasar terus mengkhawatirkan potensi resesi pasca Brexit, tetapi bank sentral memilih untuk tidak membuat perubahan.
Sempat ada ekspektasi besar bahwa BoE akan memotong suku bunga 0,25% demi mengupayakan stabilitas ekonomi. Namun, keputusan tersebut memberikan dukungan bagi investor yang bullish terhadap GBP.
Sementara itu, sebagian besar Komite Kebijakan Moneter memperkirakan kebijakan akan dilonggarkan pada Agustus 2016, sehingga dapat membatasi peningkatan GBP.
"Tidak ada yang berubah secara fundamental dan apabila data domestik terus tidak menggembirakan karena efek Brexit, maka pemotongan suku bunga dan intervensi BoE lebih lanjut sangat mungkin terjadi di masa mendatang," paparnya dalam publikasi riset yang dikutip Bisnis.com, Minggu (17/7/2016).
Lukman menuturkan, sari sudut pandang teknikal, breakdown yang tegas di bawah 1,32 per dolar AS dapat membuka jalan penurunan lebih lanjut menuju 1,28 per dolar AS.